TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Cabai di PPU Melambung Tinggi Jelang Natal dan Tahun Baru

Berharap pemerintah kendalikan harga

IDN Times/Holy Kartika

Penajam, IDN Times - Dekati perayaan Natal dan Tahun Baru  2022 harga jual cabai keriting serta rawit melambung tinggi di Pasar Induk Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur (Kaltim). Dalam pantauan di lapangan, harga cabai bisa menyentuh Rp100 ribu per kilogramnya. 

“Tadi pagi saya baru saja membeli cabai keriting dan rawit dan kaget mendengar harganya yang tembus hingga Rp100 ribu per kilogram untuk cabai yang sudah dibersihkan tangkainya,” kata pedagang gorengan di Nipah-Nipah, Feri kepada IDN Times, Selasa (7/12/2021).

Baca Juga: Puluhan Rumah Warga IKN di Penajam Paser Utara Terendam Banjir Rob

1. Dalam waktu tiga minggu harga cabai terus naik hingga tembus Rp100 perkilogram

Aktivitas jual beli di pasar induk Penajam (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Dikatakannya, dalam waktu tiga minggu harga cabai tersebut terus naik awalnya seharga Rp35 ribu per kilogram hingga sekarang jadi Rp90 ribu per kilogram yang masih ada tangkainya dan Rp100 per kilogram telah bersih tanpa tangkai. Artinya, harga cabai di PPU melonjak hingga 187 persen dari sebelumnya harga berkisar Rp35 ribu. 

“Dengan kenaikan harga itu, kami khawatir mendekati Natal dan tahun baru harga terus melejit tak terkendali,” sebutnya.

Guna menyiasati kenaikan harga cabai ini, ia pun terpaksa mengurangi jumlah cabai untuk diolah menjadi sambal. Tadinya bisa sampai dua kilogram kini hanya setengah hingga satu kilogram saja.

“Kami berharap agar pemerintah bisa mengendalikan harga cabai tersebut, karena sudah menjadi bahan pokok bagi masyarakat termasuk pedagang gorengan seperti saya ini,” tukasnya.

2. Heran harga jual cabai di pasar induk cepat sekali naiknya

Ilustrasi Cabai Rawit (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Terpisah Yani pedagang makanan di Penajam, mengaku heran harga jual cabai di Pasar Induk PPU tersebut cepat sekali naik. Sementara ia melihat komoditas pertanian itu sangat banyak terlihat di pasar itu.

“Harusnya harga naik kalau jumlah komoditas cabai langka atau berkurang. Tetapi faktanya yang menjual cabai cukup banyak di Pasar Induk.” tuturnya.

Diakuinya, saat ini untuk pasokan cabai berasal dari Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) saat ini terhambat. Karena sebagai wilayah Kabupaten/Kota di Kalsel kini sedang dilanda banjir, sehingga berdampak pada jalur transportasi darat ke PPU.

“Cabai yang ada saat ini di pasar induk hampir semua pasokan dari Pulau Jawa dan Sulawesi yang harganya lebih mahal ketimbang cabai yang didatangkan dari Kalsel,” ungkap Yani.

3. Menjadi tekanan untuk pedagang setempat

ilustrasi komoditas cabai di pasar tradisional. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Menurutnya, dengan kondisi seperti ini jelas dirinya termasuk pedagang penganan atau makanan lainnya merasa kesulitan. Apalagi dalam dagangannya mereka menjadikan cabai sebagai bahan utama makanan seperti sambal dan campuran kuah sayur serta lauk.   

“Selain para pedagang makanan atau penganan, cabai juga kebutuhan utama untuk bahan makan rumah tangga. Sehingga kami berharap pemerintah segera mengambil langkah terbaik agar harga-harga itu bisa dikendalikan disesuaikan dengan daya beli masyarakat.” pintanya.  

Baca Juga: Awas! APBD Penajam Paser Utara Tahun 2022 Terancam Gagal Disahkan

Berita Terkini Lainnya