TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BNN Samarinda: Peminat Ganja di Kalangan Mahasiswa Tinggi

Ganja di Indonesia lebih berbahaya dibandingkan di Eropa

Plt Kepala BNN Samarinda, AKBP Halomoan Tampubolon (tengah) saat menunjukkan barang bukti kopi ganja dari tangan tersangka (IDN Times/Yuda Almerio)

Samarinda, IDN Times - Peredaran narkotika jenis ganja di kalangan mahasiswa bakal jadi fokus penyelidikan Badan Narkotika Nasional (BNN) Samarinda. Maklum saja sepekan lalu persisnya 16 Juni 2020, entintas pemberantas narkoba ini mengungkap penyelundupan ganja 1,5 kilogram. Petugas membekuk tiga orang, JJ (20), AR (24), dan He (26). Dari ketiganya, JJ tercatat berstatus mahasiswa perguruan tinggi Samarinda.

"Peminat ganja dari kalangan mahasiswa angkanya tinggi. Karena itu, kami BNN Samarinda menolak tegas upaya rencana legalisasi ganja di Indonesia seperti yang dilakukan di negara Eropa," ujar Halomoan Tampubolon, pelaksana tugas (Plt) kepala BNN Samarinda saat dikonfirmasi pada Kamis (24/6) siang.

Baca Juga: Polda Kaltim Musnakan 65 Kg Sabu-sabu Hasil Pengungkapan saat Pandemik

1. Pengiriman ganja dari Medan diatur oleh bandar di Kalimantan Utara

ilustrasi tanaman ganja (Unsplash/Rick Proctor)

Fakta ini pun bikin khawatir. Lebih-lebih ganja kering ini dikirim dari Medan, Sumatra Utara. Dari penyidikan petugas BNN Samarinda, terbukti tiga kali jaringan antarprovinsi ini bertransaksi. Pengiriman pertama pada 19 Mei, lalu sembilan hari kemudian pada 28 Mei 2020 untuk transaksi kedua. Sedangkan, pengiriman yang ketiga pada 12 Juni 2020.

" Pengiriman ini diatur oleh bandar berinisial Ad yang berdomisili di Kalimantan Utara dan He berdomisili di Samarinda. Tapi saat ini, Ad masih berstatus DPO," tegasnya.

2. Ganja di Indonesia lebih berbahaya dibandingkan yang ada di Eropa

Tiga tersangka jaringan peredaran ganja antarprovinsi yang dibekuk BNN Saamarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Menurut Tampubolon, begitu ia biasa disapa, ganja di Indonesia berbeda dengan yang
beredar di Eropa atau Amerik Serikat (AS). Ganja dari Nusantara, mengandung zat kimia
tetrahidrokanabinol (THC) yang tinggi, sementara kanabis dari Eropa dan AS, lebih ke zat
cannabidiol (CBD). Senyawa THC diyakini mengandung psikoaktif sedangkan CBD tidak. Inilah yang menyebabkan ganja dari Indonesia, sambungnya, punya daya rusak luar biasa.

"Kalau ganja di Indonesia mengandung THC tertinggi di dunia sehingga
dampaknya ke saraf. Kalau di Eropa, tidak. Mereka juga ditanam di rumah kaca,
dan sudah semacam hasil genetika," katanya. 

Baca Juga: Jaringan Pengedar Ganja 1,5 Kg Antarprovinsi Dibongkar BNN Samarinda 

Berita Terkini Lainnya