TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hidroponik, Solusi Mandiri Pangan di Tengah Pandemik Virus Corona

Menanam tanpa tanah, hasilkan rupiah dalam waktu singkat

Kebun hidroponik yang dikembangkan Ari Pangalis di Samarinda. Teknik tanam tanpa tanah bisa datangkan rupiah (Dok.IDN Times/istimewa)

Samarinda, IDN Times - Berbagai cara dilakukan warga untuk bertahan di tengah pandemik virus corona atau COVID-19. Salah satunya adalah hidroponik. Metode menanam tanpa tanah ini ternyata bisa mendatangkan rupiah bila dikelola dengan baik. Kini berkebun menjadi alternatif baru  kemandirian pangan di tengah wabah.

"Saya memang suka menanam sejak kecil, senang dengan yang segar dan hijau-hijau," ujar Ari Pangalis, juru video dari Disway Nomorsatu Kaltim saat dikonfirmasi pada Jumat (20/11/2020) petang.

Baca Juga: Rekayasa Lalin di Jembatan Mahakam Masih Dipelajari Dishub Samarinda 

1. Mengenal hidroponik sejak empat tahun lalu

Ari Pangalis dari Samarinda saat menunjukkan tanaman hasil kebun hidroponiknya (Dok.IDN Times/istimewa)

Rupanya kebiasan tersebut terbawa hingga dewasa. Dulunya sewaktu dia masih kecil, persisnya saat masih duduk di sekolah dasar. Tumbuhan yang ditanam beragam. Mulai dari sayuran hingga buah-buahan. Paling membuat dia bahagia adalah melihat proses tanaman tersebut tumbuh kemudian berkembang, lantas menjadi hijau. Belakangan dia mulai tertarik dengan teknik tanam tanpa tanah. Karib disebut hidroponik. Itu dimulai sejak empat tahun lalu, ketika kawannya yang bernama Idham meminta dia ikut pelatihan hidroponik di Bogor, Jawa Barat.

"Karena unik, tanpa tanah dan hanya pakai pipa akhirnya saya ikut pelatihan. Idham juga ikut," terangnya.

2. Metode tanam tanpa tanah sudah ada sejak tahun 1842

Tanaman hasil kebun hidroponik milik Ari Pangalis dari Samarinda (Dok.IDN Times/istimewa)

Sayangnya di Samarinda saat itu masih sedikit yang akrab dengan metode tanam hidroponik. Padahal sejatinya teknik ini sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1842. Dari catatan James S Douglas dalam buku Hydroponics (1975, hal 1-3) diketahui jika penemunya adalah ahli botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop. Kedua pakar tumbuhan ini meneliti menenai pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah. Fokusnya dengan menekankan pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Hasilnya sukses dan hingga kini metode itu menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran.

"Gak lama setelah saya ikut bikin di rumah. Dasarnya sudah tahu dari pelatihan. Yang buatkan pipa hidroponiknya biasa dipanggil Om Momo. Setahu saya di Samarinda gak ada komunitas hidroponik," terangnya.

3. Tingkat keasaman air dari teknik hidroponik tak boeh lebih dari 6,7

Tanaman hasil kebun hidroponik milik Ari Pangalis dari Samarinda (Dok.IDN Times/istimewa)

Dia menerangkan, beda paling mencolok memang di bagian patron menanam. Jika biasanya menggemburkan tanah, untuk hidroponik tak perlu. Hanya bermodalkan bibit, rockwool, pipa dan air. Sebelum memasukkan tanaman ke dalam pipa, lebih dahulu di bibit di tempat terpisah. Setelah tumbuh daun barulah di pindah ke pipa. Di dalam pipa ini juga ada rockwool. Serat ringan inilah yang menjadi media tanam bagi para pencinta hidroponik.

"Nanti pipa ini dimasukkan air dan diberikan pompa seperti akuarium. Airnya akan berputar sendiri. Dan ingat untuk menjaga tingkat keasaman air. Tak boleh lebih dari 6,7. Jika lebih tanaman tak bagus tumbuhannya," beber Ari.

Baca Juga: Anda Warga Kota Tepian? Ini 9 Wali Kota di Samarinda dari Masa ke Masa

Berita Terkini Lainnya