Kisah Pemadam Karhutla, dari Mistis hingga Terkapar karena Asap
Memadamkan api karhutla tak semudah kebakaran permukiman
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Samarinda, IDN Times - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memang patut diwaspadai, karena menyebabkan petaka asap.
Efek yang ditimbulkan pun berganda. Tak hanya manusia, tapi satwa dalam hutan, tapi bahkan penerbangan pun kacau karena asap. Tatkala asap itu mengepul ada sosok heroik di balik peristiwa tersebut.
Adalah pasukan pemadam karhutla yang bertaruh nyawa saat meredakan amukan si jago merah. Tak hanya urusan hidup dan mati saat memadamkan api, tapi juga ada kisah lain dialami oleh Tim Zero Fire Forest tersebut. Misalnya saja, kehabisan makanan, bertemu dengan hewan liar, terkapar karena asap hingga tersesat karena disembunyikan oleh "penunggu" hutan.
Baca Juga: Sengaja Bakar Lahan untuk Kebun Sawit, Polres Berau Tangkap 9 Orang
1. Harus menahan lapar, sambil padamkan api selama delapan jam karena bekal habis
Kepada IDN Times, Kepala Seksi Pengendali Kerusakan dan Pengamanan Dinas Kehutanan (Dishut) Kaltim Shahar Al Haqq bercerita mengenai pengalamannya bersama rekan-rekan saat memadamkan api di kawasan Labanan, Kabupaten Berau pada akhir Agustus lalu.
Ketika itu bersama pemadam karhutla yang terdiri dari petugas gabungan, Dishut Kaltim, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim, TNI, Polri dan masyarakat api. Jumlahnya ada 40 orang. Setiap petugas membawa bekalnya masing-masing.
"Selain makanan, kami juga membawa persediaan air untuk minum dan air untuk memadamkan api. Totalnya 10 liter," katanya saat dikonfirmasi, Rabu (25/9).
Jarak antara titik api dan jalan besar atau pintu masuk itu 10 kilometer. Estimasi pemadaman api saat itu ialah siang hari. Namun kondisi di lapangan tak bisa ditebak.
Pertama habis ialah makanan saat siang hari, kemudian air minum mendekati petang. Setelahnya, harus bersabar. Lebih-lebih saat memadamkan api, jika belum menemukan selanya bisa-bisa terkapar kehabisan oksigen. Tak hanya itu, kerongkongan pasti juga kering karena haus.
"Memadamkan api yang bakar hutan dan lahan itu enggak gampang, ada tekniknya. Beda dengan penanganan kebakaran permukiman. Makanya kalau tak tahu pasti bisa pingsan atau terkapar," terang koordinator Tim Zero Fire Forest itu.