TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pedagang Asal Samarinda Ini Tolak Bisnis Cabai Online, Ini Alasannya 

Masih senang dengan metode lawas

Suasana Pasar Segiri (IDN Times/Yuda Almerio)

Samarinda, IDN Times - Sudah sepuluh bulan virus corona atau COVID-19 mewabah di Kaltim. Selama itu penerapan kebiasaan baru dilakukan. Salah satunya menjaga jarak. Rupanya kondisi ini juga berpengaruh dalam proses transaksi jual-beli dengan mengadopsi digitalisasi. Dengan demikian tak ada lagi belanja tatap muka. Sayangnya tak semua pedagang demikian.

“Saya belum ada menggunakan aplikasi (tertentu) untuk proses transaksi jual-beli,” ujar Aan Rica, distributor cabai dari Pasar Segiri Samarinda kepada IDN Times pada Kamis (28/1/2021) pagi.

Baca Juga: Ogah Tes Rapid Antigen Masuk Balikpapan, Warga Samarinda Pilih Pulang

1. Setiap hari selalu mengirim pasokan cabai ke lima daerah di Kaltim

Aan Rica, salah satu penyalur cabai di Pasar Segiri. Dari tangan dinginnya ratusan kilo lombok bisa sampai di pasar Berau, Tengarong, Bontang, Melak hingga Sangatta (IDN Times/Yuda Almerio)

Kata Aan, hingga kini dirinya belum ada rencana menggunakan jasa jual-beli online melalui situs marketplace. Meski berada di tengah situasi pandemik hal tersebut tak menjadi masalah. Pasalnya dia dan pembeli memang jarang bertemu.

Pelanggannya berada di daerah lain. Mulai dari Sangatta, Kutai Timur kemudian Melak, Kutai Barat, selanjutnya Tenggarong, Kutai Kartanegara, Bontang serta Berau. Semua konsumennya juga pedagang.

Dengan kata lain, Aan adalah tangan pertama setelah cabai tiba di pasar selanjutnya disulai kembali ke daerah lain. Biasanya dia menerima 1 atau 2 ton cabai dalam sehari.

“Makanya, saya lebih sering menggunakan telepon. Kecuali memang ada keperluan mendesak, barulah bertemu,” sebutnya.

2. Belum ada penyedia jasa layanan belanja online yang menghubungi

Ilustrasi Belanja E-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)

Hingga kini, Aan belum menerima permintaan kerja sama dari penyedia layanan belanja online. Walaupun ada yang menyapa dirinya juga belum memiliki keinginan terjun langsung.

Karena menurutnya sama saja dengan sistem yang dia gunakan saat ini. Semua cabai yang masuk ke tempatnya berasal dari Sulawesi Selatan dan Tengah. Sebelum disalurkan kepada pelanggan, cabai harus dibersihkan. Jangan sampai saat diterima pembeli cabai malah busuk. Apalagi perjalanan ke luar daerah makan waktu berjam-jam.

“Kita servis dulu, supanya cabainya tetap aman. Pelanggan pun senang,” tegasnya.

Sementara untuk keuntungan  dirinya enggan membeberkan. "Syukur alhamdulillah kalau ada dipakai makan dan bayar orang."

Baca Juga: Hitungan Hari, Harga Cabai Rawit di Samarinda Kian Melejit

Berita Terkini Lainnya