Kisah Koh We, Sosok Tionghoa yang Disukai karena Dermawan

Samarinda, IDN Times - Wiyanto Lesmana, sosok ini karib di kalangan pengusaha muda Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim). Salah satu pengusaha berdarah Tionghoa yang terkenal dermawan. Tubuh kekarnya bahkan tak mempengaruhi imagenya sebagai orang yang paling sederhana.
Justru kebalikannya, ia sangat disukai oleh anak-anak.
Koh We, begitu ia disapa, aktif berkecimpung di media sosial dan sering membagikan aktivitasnya saat berdonasi kepada anak-anak dan orang-orang pejuang kanker di bawah naungan rumah singgah di wilayah Samarinda - Balikpapan.
Hal itu tentu membawa dampak baik. Banyak orang-orang yang akhirnya tertarik dan ikut menyumbang melalui dirinya.
“Terlibat dalam kegiatan dan misi sosial kemanusiaan memang sudah menjadi passion saya sejak lama,” ucapnya kepada IDN Times, Selasa (1/2/2022).
1. Berhasil mematahkan stigma

Ia tak menampik, selama ini konotasi negatif kerap kali disematkan pada etnis Tionghoa, berpikir jika orang Tionghoa hanya bergerak eksklusif dan mengarah pada kelompoknya saja. Lewat aksinya, Koh We justru berhasil menepis stigma tersebut.
Ia mengatakan bahwa justru sebenarnya ada banyak orang Tionghoa juga memiliki kepedulian yang tinggi, meski yang dituju berbeda suku dan agama. Hanya tak tersorot saja.
“Aktivitas saya yang dipandang ‘tak biasa’ inilah yang akhirnya dapat mematahkan pandangan negatif menjadi positif terhadap kaum Tionghoa,” kata dia.
2. Kendala yang dirasakan berbaur dengan orang yang berbeda suku dan agama

Pandangan lainnya yang kerap tertuju pada etnis Tionghoa sosialisasi yang terbatas. Lagi-lagi Koh We berhasil mengalihkan itu. Sejak kecil ia sudah sering berbaur dengan orang yang berbeda suku dan agama, dan tak ada kendala.
Ia meneruskan, bahwa dua hal tersebut justru tak dapat diutarakan sebagai kendala. Hambatan sebenarnya ketika berhubungan dengan orang-orang yang berbeda pemahaman, pola pikir, dan isi kepala, serta merasa diri paling benar tanpa mau menerima keberagaman tersebut ataupun mencari solusi bersama.
“Suku adalah sesuatu yang ditakdirkan sejak lahir, agama adalah pedoman dan pegangan hidup yang kita pilih dan sifatnya personal. Kita bisa memadukan perbedaan itu menjadi sesuatu yang harmonis, untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama,” terangnya.
3. Tantangan yang dihadapi berkecimpung dalam aktivitas tersebut

Selain dikenal sebagai sosok yang sering berdonasi, Koh We juga aktif sebagai koordinator penggiat donor darah di komunitas Bubuhan Donor Darah Samarinda (BDDS). Dapat dibayangkan, bagaimana getolnya ia di samping juga harus fokus menjalankan bisnis keluarga. Tapi ia menegaskan jika itu bahkan juga bukanlah hambatan.
Justru tantangan sebenarnya muncul pada orang-orang yang dituju dalam menerima sokongan ini. Terkadang ada yang sulit untuk diajak berkomunikasi ataupun tak kooperatif ketika diberi pengarahan.
“Tentu hal ini menjadi kendala tersendiri, yang akan menghambat proses penanganan ataupun penyelesaian kesulitan yang mereka alami,” tutur Koh We.
Namun yang pasti, jika ditanya seberapa sukanya dia dalam kegiatan ini, ia berharap suatu saat nati bisa mengalokasikan waktu lebih banyak lagi di bidang ini.
4. Harapan bagi etnis Tionghoa lain di Indonesia

Koh We tentunya memiliki harapan, agar di masa yang akan datang akan lebih banyak lagi orang-orang dari kalangan Tionghoa yang terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
“Karena suku atau agama apa pun, selama kita memiliki visi misi dan tujuan yang sama, perbedaan yang ada bukanlah menjadi kendala,” ucapnya.
Lanjutnya, ia mengajak seluruh masyarakat, tak hanya etnis Tionghoa agar bergandengan tangan dan bersama-sama membuat perubahan, serta kebaikan bagi sesama. Karena menurutnya kebaikan sekecil apa pun, bisa membawa perubahan yang luar biasa bagi hidup banyak orang, baik yang berada di sekitar dan juga dunia.