Pengaburan Informasi tentang Etilen Glikol yang Menyasar Sektor Lain
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Pakar Teknologi Polimer Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Prof Mochamad Chalid menilai ada disinformasi soal bahan kimia etilen glikol. Di mana bahan etilen glikol terdapat dalam sirop obat anak di Gambia Afrika dikaitkan dengan pembuatan kemasan plastik polyethylene terephthalate (PET).
Menurutnya, bahan kimia etilen glikol pada kemasan obat sirop anak berbeda dengan etilen glikol sebagai campuran pembuatan kemasan plastik PET galon dan botol air sekali pakai.
“Masyarakat tidak perlu panik atau cemas, karena senyawa etilen glikol pada sirop obat tersebut adalah zat tambahan untuk mendorong beberapa elemen lain agar mudah bercampur, jadi senyawanya ada di dalam produk dan bukan pada kemasannya,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (27/10/2022).
1. Penggunaan senyawa etilen glikol dalam kemasan sirop obat dan pembuatan galon PET
Dalam kasus temuan di Gambia, kata Chalid, senyawa etilen glikol ditemukan dalam kandungan sirop obat batuk melampaui ambang batas sudah ditentukan. Kandungan yang diduga menjadi racun menyebabkan gagal ginjal akut.
Namun sebaliknya, etilon glikol pada kemasan galon atau botol PET relatif sangat aman karena tidak mudah luruh dan tidak digunakan berulang.
“Karena ada di dalam produk sirop obat, maka jelas berbahaya bila dikonsumsi langsung.”
Lain halnya kondisinya dengan galon guna ulang polikarbonat yang mengandung senyawa bisphenol A (BPA) dan secara internasional diklaim memang berbahaya. Apalagi dengan pemakaian berulang dan pengawasan peredaran yang lemah.
“Senyawa etilen glikol yang dicampur dalam produk sirop obat berbeda interaksinya dengan etilen glikol yang ada pada kemasan plastik galon atau botol air mineral, sehingga tidak bisa dibandingkan secara apple to apple,” tegas Chalid.
Baca Juga: Hadir di Balikpapan, Presiden: BSU untuk Peserta BPJS Ketenagakerjaan
2. Karakteristik etilen glikol sudah tidak ada lagi pada saat terbentuk PET
Chalid memaparkan secara sederhana bahwa kemasan galon dan botol PET adalah polimer yang memiliki aditif etilen glikol. Di dalam prosesnya dibuat dengan menggunakan katalis. Karakteristik utama etilen glikol sudah tidak ada lagi pada saat terbentuk PET.
Katalisnya pun dalam jumlah sangat sedikit dan aman. Dari sisi teknologi, sejauh ini plastik berjenis PET berkode 1 aman digunakan untuk kemasan makanan dan minuman.
“Jadi kalau ada pihak yang menuding ada peluruhan dari galon atau botol PET, maka perlu sekalian menyodorkan data-data ilmiah yang mereka punya sebagai bukti pendukung,” katanya.
Karena belakangan ini muncul komentar-komentar yang menuntut BPOM juga melakukan pelabelan terhadap galon PET tanpa melihat konsekuensi.
Sebab, sama dengan galon guna ulang polikarbonat mengandung BPA, marketshare air minum dalam kemasan (AMDK) botol plastik PET justru dikuasai produsen besar. Artinya mayoritas botol PET yang beredar di Indonesia adalah produksi keluaran perusahaan investasi asing tersebut.
3. Dampak pelabelan galon mengandung PET dan BPA
Dengan demikian, tuntutan pelabelan botol PET akan berdampak negatif produsen air kemasan dominan. Sama halnya dengan pelabelan produk air kemasan mempergunakan galon guna ulang mengandung BPA.
Dalam banyak kesempatan, Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan (Aspadin) menolak pelabelan galon guna ulang BPA dengan dalih akan jadi “vonis mati” bagi industri air minum dalam kemasan.
Mereka memperkirakan kerugian perusahaan AMDK menyentuh angka Rp6 triliun plus penambahan biaya ganti kemasan dengan galon sekali pakai sekitar Rp10 triliun per tahun.
Plastik pada galon PET tak berbeda dengan botol PET, maka sudah siapkah market leader AMDK botol PET dan juga produsen botol plastik PET lain. Saat seluruh produk mereka juga diberi label peringatan berbahaya.
4. Informasi liar menyusul berita etilen glikol di masyarakat
Berita tentang senyawa etilen glikol kemasan obat sirop anak menjadi viral sepekan terakhir. Senyawa kimia zat ini dituding menyebabkan penyakit gagal ginjal akut dialami sejumlah anak.
Tetapi persoalan makin liar saat senyawa ini disamakan dengan kemasan galon plastik PET (Polyethylene Terephthalate). Ini adalah dua hal yang berbeda.
Seperti disampaikan Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait yang meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meneliti kandungan senyawa etilen glikol dalam plastik kemasan makanan di Indonesia.
“Jika ada racun bahan bahan kimia serupa yang ada di sirup di Indonesia dan kemasan-kemasan (plastik) misalnya, perlu dilakukan penelitian oleh otoritas BPOM," katanya.
“BPOM perlu memberikan peringatan berupa pelabelan terhadap kemasan-kemasan pangan berbahan etilen glikol itu.”
Baca Juga: Presiden Jokowi Pantau Penyaluran Bansos di Balikpapan