Banjir Kalsel, WALHI Desak Pemerintah Evaluasi Izin Tambang dan Sawit
WALHI sebut 50 persen wilayah Kalsel telah dirusak tambang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel) awal tahun ini disebut sebagai banjir terparah dalam catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalsel.
Direktur WALHI Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono mengatakan, penyebab utama dari banjir besar ini karena 50 persen dari total wilayah seluas 3,7 juta hektare di Kalsel sudah dibebani izin tambang dan perkebunan kelapa sawit.
Selain itu, kata Kisworo, carut-marut tata kelola lingkungan dan sumber daya alam (SDA) yang tidak seimbang memperparah potensi bencana banjir di Kalsel.
"Padahal sudah sering saya ingatkan bahwa Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis," ujar Kisworo saat dihubungi IDN Times, Sabtu (16/1/2020).
1. Masifnya izin pembukaan lahan tambang di Kalsel
WALHI mencatat, kawasan hijau yang semakin berkurang membuat rusaknya daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup di Kalsel. Persoalan tutupan lahan hingga semakin berkurangnya efektivitas daerah aliran sungai (DAS) juga menjadi faktor lain yang memperparah musibah banjir.
Kisworo mengatakan, potensi bencana banjir besar ini telah diprediksi sebelumnya melalui pantauan cuaca BMKG. "Dan pemerintah lagi-lagi tidak siap. Akhirnya rakyat lagi yang menanggung akibatnya," ucap Kisworo.
Baca Juga: Banjar dan Tanah Laut Paling Parah Terdampak Banjir di Kalsel
Baca Juga: 5 Jenazah Korban Banjir Ditemukan di Desa Hantakan Kalsel