20 Ribu Tukik Dilepasliarkan di Paloh, Jadi Wisata Edukasi Wisatawan Kalbar

Pontianak, IDN Times - Pantai Tanjung Api, Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) jadi tempat wisata edukasi kepada para wisatawan ataupun pelajar untuk melepasliarkan tukik atau anak penyu. Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kambau Borneo, Paloh melakukan pelepasliaran tukik sebanyak 20 ribu ekor, terbanyak sepanjang konservasi penyu, di Paloh.
Pelepasliaran tukik adalah bagian dari upaya pengembalian populasi penyu yang kondisinya terancam punah. Meskipun telah dilindungi melalui Undang-undang, penyu masih sering menjadi target perburuan dan perdagangan, termasuk di Paloh. Sebagai bagian dari upaya penyelamatan telur dari perburuan, maka beberapa sarang telur penyu yang rawan diburu dilakukan relokasi dan ditetaskan di lokasi yang terpantau.
Upaya konservasi penyu di Paloh selama belasan tahun ini mulai tampak membuahkan hasil. Musim puncak peneluran penyu tahun 2025 (Juli – September) ini menunjukkan adanya peningkatan populasi penyu bertelur.
Setidaknya terdapat 1.157 ekor penyu mendarat di pantai Tanjung Api hingga Tanjung Kemuning (4 kilometer) dan 670 ekor di antaranya bertelur. Hal ini berarti dalam waktu 3 bulan, lebih dari 67.000 telur diinkubasi hanya di wilayah 4 kilometer dari 63 kilometer pantai peneluran penyu di kecamatan Paloh.
Umumnya tukik menetas dalam waktu 2 bulan. Penyu yang bertelur diperiode agustus dan September lalu diperkirakanakan menetas di bulan oktober dan November ini. Mengingatjumlahnya yang fantastis, diperkirakan lebih dari 20.000 tukikakan menetas dalam 1 bulan ini (pertengahan oktober – pertengan November) maka ini merupakan bulan tukikterbanyak selama perjalanan konservasi penyu di Paloh.
1. Bulan pelepasan tukik terbanyak

Pokmaswas Kambau Borneo berkolaborasi dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tanjung Api dan Yayasan Sealife Indonesia, menyelenggarakan pelepasan ribuan tukik selama 4 minggu berturut-turut di Pantai Tanjung Api, Paloh.
Ketua Pokmaswas Kambau Borneo, Jefriden mengatakan, pelepasan tukik ini mengusung tema “Bulan Pelepasan TukikTerbanyak”, di mana jumlah tukik yang akan dilepaskan sebanyak 20.000 ekor.
Pria yang akrab disapa Long Ejep ini, metode pelepasliaran tukik sebanyak itu akan dilakukan secara bertahap selama empat pekan kedepan, menyesuaikan waktu penetasan tukik.
“20.000 ekor tukik ini akan kami lepasliarkan secara bertahap selama empat pekan kedepan. Setiap pekannya, masing-masing sebanyak 5.000 ekor. Dan hari ini, alhamdulillah kami bersama SMK Kesehatan dan Yayasan Sealife Indonesia, telah melepasliarkan sebanyak 5.000 ekor di pagi hari dan di sore hari,” ucap Long Ejep, Kamis (30/10/2025).
Untuk pelepasliaran selanjutnya, direncanakan pada pekandepan yaitu tanggal 2 November 2025, 9 November 2025, dan ditutup pada 15 November 2025.
Ejep menjelaskan, tukik-tukik yang dilepasliarkan tersebut merupakan hasil relokasi atau penetasan semi alami dari 670 ekor penyu selama bulan Juli hingga September 2025.
“Dari 670 ekor yang bertelur atau bersarang, yang berhasil direkolasi oleh Kambau Borneo sebanyak 34.000 butir telur,” tuturnya.
2. Jadi wisata edukasi konservasi penyu

Rekolasi sarang atau telur penyu ini dilakukan untuk menghindari ancaman perburuan dan hewan predator, sekaligus untuk mempermudah pendataan serta wisata edukasi konservasi penyu di Tanjung Api.
Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tanjung Api, Muraizi mengatakan, kegiatan ini menjadi momentum untuk menjaga keberlangsungan hidup satwa sekaligus sebagai destinasi wisata edukatif bagi masyarakat luas.
Muraizi bilang, sejak 2022, Pokdarwis Tanjung Api mengambil langkah inovatif dengan mengubah kawasan konservasi penyu menjadi wisata berbasis edukasi. Tujuannya sederhana, agar masyarakat tak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga memahami pentingnya menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan satwa penyu.
“Kami sadar tidak bisa bergantung terus pada bantuan. Karena itu, kami ubah kawasan konservasi menjadi tempat edukasisupaya masyarakat bisa terlibat langsung dalam kegiatan pelestarian,” katanya.
3. Pengunjung yang datang berikan donasi seikhlasnya

Setiap pengunjung yang datang untuk melihat atau ikut melepas tukik, tidak dikenakan tiket masuk. Sebagai gantinya, mereka dipersilakan memberikan donasi sukarela yang kemudian digunakan untuk biaya operasional, seperti pakan penyu, perawatan fasilitas, dan kebutuhan penjaga pantai (Pokmaswas Kambau Borneo).
“Tidak ada retribusi, melainkan sistem donasi, agar tetapsesuai aturan, sekaligus mengedukasi masyarakat bahwakegiatan sosial seperti ini juga membutuhkan biaya,” tambahnya.
Saat ini, dukungan pemerintah disebut masih sebatas pada urusan administrasi. Bantuan dana untuk konservasi tidak tersedia sejak kewenangan pengelolaan tidak lagi di kabupaten. Untuk menutupi kebutuhan operasional, Pokdarwis Tanjung Api aktif menjalin kerja sama dengan banyak pihak.
4. Pelepasliaran 20 ribu tukik rekor muri

Melihat perjuangan Pokmaswas Kambau Borneo dan kolaborasinya bersama Pokdarwis Tanjung Api, Dwi Supraptidari Yayasan Sealife Indonesia menganggap upaya ini layak diapresiasi karena secara mandiri telah berhasil konsisten melakukan upaya Konservasi Penyu di Paloh lebih dari 12 tahun tanpa pendanaan khusus.
“Meskipun tantangan yang dihadapi oleh Pokmaswas Kambau Borneo tidak mudah dan masih terus perlu dilakukan perbaikan prosedur, namun secara umum lembaga ini perlu diapresiasi karena mampu bertahan dan mengelola konservasi penyu secara mandiri dan berhasil menetaskan tukik lebih dari 20.000 dalam waktu 2 bulan,” ujarnya.
Dwi bilang, pelepasan tukik lebih dari 20.000 ekor ini terbilang rekor yang perlu diakui, bahkan angka ini melebihi rekor MURI tahun 2022 terkait pelepasan tukik terbanyak yang dilakukan di Bali sejumlah 15.000 tukik. Sehingga jumlah ini bukanlah angka yang sedikit, hal ini adalah pencapaian besar dari Gerakan sosial Masyarakat lokal Paloh.


















