Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dokter Sebut Remaja Balikpapan Rentan Idap Gangguan Mental

Ilustrasi gangguan kesehatan mental pada remaja (pexels.com/Liza Summer)
Ilustrasi gangguan kesehatan mental pada remaja (pexels.com/Liza Summer)

Balikpapan, IDN Times - Meski belum ada data pasti, tren gangguan kesehatan mental (mental health) pada kalangan remaja atau gen alpha disebut-sebut cenderung meningkat. 

Dokter Spesialis Kejiwaan RS Hermina Balikpapan, Andi Asriani Arief mengatakan, belakangan kerap mendapati pasien gangguan kesehatan mental yang masih berusia belasan tahun. Bahkan, dia mengaku pernah mendapati pasien yang masih duduk di bangku SMP.

Peningkatan kasus gangguan kesehatan mental ini, kata Andi, mesti menjadi perhatian semua pihak, mulai orangtua hingga pengajar di sekolah.

1. Terpapar media sosial, generasi alpha lebih sadar dengan kesehatan mental

Dokter Spesialis Kejiwaan, Andi Asriani Arief. (IDN Times/Erik Alfian)
Dokter Spesialis Kejiwaan, Andi Asriani Arief. (IDN Times/Erik Alfian)

Andi menerangkan, banyaknya konten tentang kesehatan mental di media sosial membuat para remaja generasi alpha jauh lebih aware alias sadar.

"Jadi ketika mereka merasa ada gejala yang serupa, mereka biasanya langsung memeriksakan diri," kata dia ditemui media ini, Kamis (17/10/2024) siang.

Andi mengaku masih menemui remaja yang justru datang memeriksakan diri tanpa pendampingan orangtua.

"Hanya sebagian kecil yang datang bersama orangtua. Biasanya yang masih berusia 12 tahunan," ungkap dia.

2. Penyebab gangguan kesehatan mental pada remaja

ilustrasi anak remaja (pixabay.com/ Surprising_SnapShots)
ilustrasi anak remaja (pixabay.com/ Surprising_SnapShots)

Gangguan kesehatan mental disebabkan oleh beragam faktor. Selain faktor genetik atau keturunan, gangguan kesehatan mental juga dipengaruhi oleh pola asuh di keluarga, lingkungan pertemanan hingga media sosial. 

"Ketika anak tidak merasa dihargai, dikekang dan ditekan maka ini dapat menyebabkan anak mengalami gangguan kesehatan mental," ujar dia. 

Selain pola asuh, lingkungan pertemanan juga menjadi faktor penyebab gangguan kesehatan mental. Seperti perundungan, misalnya. Maupun tuntutan untuk menjadi sama dengan teman-temannya. 

"Yang juga tak kalah bahaya tentu saja media sosial. Sebab saat ini perundungan juga bisa terjadi lewat media sosial," terang Andi. 

3. Jenis gangguan kesehatan mental yang sering dialami remaja

depresi
depresi

Andi menyebut, sebagian besar pasien yang dia terima mengalami gejala depresi hingga keinginan menyakiti diri sendiri.

"Sebagian besar depresi. Tapi ada juga yang melukai diri sendiri dengan menyayat tangan. Mereka biasa menyebutnya barcode," katanya.

Keinginan melukai diri sendiri ini, sebut Andi muncul karena tak bisa melihat secara nyata bentuk sakit yang mereka rasakan di dalam batin.

"Sebagai visualisasi akhirnya mereka melukai diri sendiri. Bisa dengan sayatan ataupun memukul diri sendiri," ungkap dia.

Yang paling berbahaya tentu saja jika muncul keinginan untuk bunuh diri.
Perilaku lain yang juga menunjukkan gangguan kesehatan mental adalah gangguan makan, masalah perilaku dan psikosis.

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, Andi berpesan agar tak segan memeriksakan diri.

4. Selain pengobatan, dukungan orangtua juga diperlukan

ilustrasi keluarga (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Antoni Shkraba)

Gangguan kesehatan mental, diakui Andi bukan penyakit yang mudah disembuhkan. Butuh proses panjang untuk membuat penderitanya kembali sehat. Selain pengobatan secara medis, dukungan keluarga menjadi kunci utama kesembuhan.

"Sebagain besar pasien memutuskan berhenti di tengah jalan karena tak mendapat dukungan dari orang tua," ungkap dia.

Bahkan, tak jarang mereka yang menderita gangguan kesehatan mental juga mendapat stigma dari teman atau lingkungan. Ini yang membuat mereka biasanya memilih berhenti menjalani pengobatan.

"Bahkan ada orangtua yang juga terpapar stigma ini," ujarnya.

Stigma soal pasien dengan gangguan kesehatan mental biasanya dianggap gila, cari perhatian.

"Ada juga yang takut ketergantungan terhadap obat. Padahal ini tidak benar," tegas dia.

Dirinya juga menekankan kepada orang tua agar menjadi teman bercerita anak. Jangan sampai orangtua hanya mengawasi pertumbuhan anak, tapi tidak dengan perkembangan anak.

"Orang tua mesti menjadikan rumah tempat paling aman dan nyaman. Jangan sampai anak justru merasa nyaman bersama orang lain dan tempat lain," kata dia.

Di sisi lain, Andi juga berpesan agar para remaja lebih banyak menghabiskan waktu dan tenaga untuk hal-hal positif, sebagai salah satu cara agar meminimalisasi resiko terkena gangguan kesehatan mental.

"Usia remaja ini energinya berlebih. Jadi saran saya maksimalkan waktu untuk kegiatan positif," pesan dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
Sri Gunawan Wibisono
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us