Hassan Basry dan Jejak Proklamasi RI di Bumi Kalimantan

Kandangan, IDN Times - Tujuh puluh enam tahun silam, sebuah peristiwa bersejarah terjadi di pedalaman Kalimantan Selatan. Letnan Kolonel Hasan Basry, tokoh pejuang asal Kandangan, membacakan teks Proklamasi pada 17 Mei 1949 - sebuah deklarasi yang menegaskan Kalimantan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Di Indonesia hanya ada dua proklamasi: 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan 17 Mei 1949 yang dibacakan di Kandangan, Kalimantan Selatan,” ujar Ketua Dewan Harian Cabang (DHC) Badan Pembudayaan Kejuangan 45 HSS, Syamsuri Arsyad, saat peringatan HUT ke-76 Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan di Lapangan Lambung Mangkurat, Sabtu (17/5/2025).
1. Sejarah Proklamasi 17 Mei 1949 di Kandangan

Proklamasi 17 Mei muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap Perjanjian Linggarjati, yang hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia di Jawa, Madura, dan Sumatra. Rakyat Kalimantan menolak kesepakatan itu dan menyatakan kesetiaannya kepada Republik.
Meski Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Belanda-melalui Van Mook-berusaha membentuk negara boneka dengan membatasi wilayah kekuasaan RI. Pemerintah NICA-Belanda bahkan melanggar perjanjian-perjanjian seperti Linggarjati, Renville, hingga Roem-Roijen dengan melancarkan agresi militer.
“Rakyat Kalimantan Selatan khawatir wilayah mereka tidak akan diakui sebagai bagian dari Indonesia pasca-perjanjian tersebut,” jelas Syamsuri.
Dipimpin Letkol Hasan Basry, rakyat Kalimantan Selatan membentuk Batalyon ALRI Divisi IV/A Pertahanan Kalimantan di Haruyan. Mereka bergerilya di Pegunungan Meratus, hingga akhirnya memproklamasikan Kalimantan sebagai bagian dari NKRI pada 17 Mei 1949.
2. Dirumuskan secara diam-diam dan dibacakan di pedalaman Meratus

Persiapan proklamasi dimulai dengan pertemuan di Desa Durian Rabung pada 7 Januari 1949, dipimpin Aberani Sulaiman. Perumusan teks proklamasi dilakukan di Telaga Langsat pada 15 Mei 1949 oleh sejumlah tokoh, termasuk Gt Aman, Hasnan Basuki, Pangeran Arya, Budi Gawis, dan Romansie.
Naskah yang selesai ditulis dini hari 16 Mei itu kemudian dibawa secara diam-diam melewati hutan untuk menghindari patroli militer Belanda. Proklamasi dibacakan secara sederhana oleh Hasan Basry di daerah Niih, Pegunungan Meratus.
“Menurut catatan sejarah, pembacaan proklamasi dilakukan di Niih,” tambah Syamsuri.
Kini, monumen untuk mengenang peristiwa itu berdiri di Desa Hulu Banyu, Kecamatan Loksado, Kabupaten HSS.
3. Proklamasi yang menggugah semangat rakyat

Tiga hari setelah dibacakan, teks proklamasi ditempel di Pasar Kandangan pada 20 Mei 1949, tak jauh dari pusat pemerintahan Hindia Belanda kala itu. Penyebaran informasi ini disambut dengan antusias oleh masyarakat.
“Semangat keindonesiaan begitu tinggi. Rakyat menyambut proklamasi ini dengan suka cita,” kata Syamsuri.
Ia menyebut, masyarakat HSS bangga menjadi bagian dari sejarah penting ini. Seiring waktu, Kalimantan pun berkembang menjadi lima provinsi dan satu otorita Ibu Kota Nusantara (IKN).
4. Diperingati tiap tahun

Peringatan HUT ke-76 Proklamasi 17 Mei tahun ini dipusatkan di Kandangan. Rangkaian kegiatan dimulai dengan ziarah ke Makam Pahlawan Nasional Brigjen TNI (Purn) Hasan Basry di Banjarbaru pada Jumat (15/5/2025) pagi. Malam harinya digelar kirab obor bersama masyarakat. Upacara puncak dilaksanakan di Lapangan Lambung Mangkurat pada Sabtu pagi.
“Basis perjuangan kemerdekaan Kalimantan ada di HSS. Tokohnya lahir di Kandangan. Sudah semestinya kita mengenal lebih dekat perjuangan beliau,” tegas Syamsuri.
Bupati Hulu Sungai Selatan, Syafrudin Noor, berharap peringatan ini menjadi pengingat bagi generasi muda akan pentingnya menghargai perjuangan para pahlawan.
“Sebagai generasi penerus, kita harus melanjutkan perjuangan itu melalui pembangunan daerah, menyejahterakan masyarakat, serta menjaga nilai-nilai persatuan dan kemerdekaan,” ujarnya dalam amanat upacara.