Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ini Kata Pengamat Musik Pontianak soal Isu Band Sukatani yang Viral

Pengamat Musik Pontianak, Arbian Oktora. (IDN Times/istimewa).

Pontianak, IDN Times - Kontroversial lagu dari band underground, Sukatani dengan judul "Bayar, Bayar, Bayar" menjadi sorotan masyarakat usai kedua vokalisnya meminta maaf kepada publik karena telah membawakan lagu tersebut.

Diketahui, lagu tersebut diduga merupakan lagu yang berisi kritikan terhadap instansi kepolisian. Kini, Sukatani telah menghapus lagu tersebut dari seluruh platform musik digital.

Salah satu Pengamat Musik di Pontianak, Arbian Oktora menanggapi kasus yang tengah viral tersebut.

1. Akan ada kekhawatiran bagi pelaku musik

Band Sukatani dalam salah satu penampilannya yang justru sebagai musik konstruktif dan edukatif. (IDN Times/Foto : Humas UIN Saizu)

Bian menuturkan, kejadian yang dialami Band Sukatani tersebut sedikit banyak tentu berdampak dengan teman-teman musisi lainnya yang ingin memberikan kritik, atau pesan lewat musik.

“Kemungkinan dampaknya akan ada kekhawatiran teman-teman pelaku musik akan terjadi pengulangan kasus seperti ini semoga aja tidak, tapi tetap ada kekhawatiran,” ungkap Bian, Jumat (28/2/2025).

2. Cara musik underground bertahan di permukaan

Vokalis Sukatani Band Novi Chitra Indriyati menyanyikan lagu hitnya saat konser Crowd Noise di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (23/2/2025) malam. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Memang tak sebanyak pendengar musik populer, menurut Bian, gerakan musik underground sampai saat ini bisa bertahan karena mereka saling solid dan saling mendukung satu sama lain.

“Musik underground bisa bertahan karena sangat solid mendukung dari band itu. Mereka cukup erat saling berakitan satu sama lain. Itu sih salah satu kuncinya kenapa teman-teman di jalur underground tetap bertahan di luar industri musik mainstream,” ucap Bian.

3. Musik sebagai media penyampai pesan

Gitaris dan electroguy Sukatani band Muhammad Syifa Al Lufti (kanan) dan vokalis Novi Chitra Indriyati (kiri) memainkan lagu saat tampil pada konser Crowd Noise di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (23/2/2025) malam. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Bian mengatakan, menyampaikan pesan atau kritik lewat karya bukanlah hal yang baru. Musik menurutnya bukan hanya sekadar hiburan namun juga sebagai media penyampai pesan.

Apa yang ditulis oleh Sukatani dalam lirik lagunya, kata Bian, mungkin berasal dari pengalaman mereka sendiri atau orang-orang terdekat. Sehingga hal tersebut juga dirasakan oleh rakyat Indonesia yang disuarakan saat aksi peotes sosial lainnya.

“Musik bukann sekadar hiburan tapi juga menyampaikan pesan, musik sebagai kritik sosial. Kalau kita dengar dari era Iwan Fals dari era musik 70-80 an mereka sudah melakukan kritik sosial terhadap pemerintah. Memang musik tidak cuman dijadikan hiburan semata tapi juga punya pesan tersirat,” tukasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
SG Wibisono
EditorSG Wibisono
Follow Us