Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kasus COVID-19 di Tengah Musim Haji, Kaltim Perketat Pengawasan Pintu Masuk

WhatsApp Image 2025-06-10 at 13.51.51.jpeg
Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Kelas I Balikpapan, Bangun Cahyo. (IDN Times/Erik Alfian)

Balikpapan, IDN Times – Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Kelas I Balikpapan, Bangun Cahyo, membenarkan adanya penambahan kasus COVID-19 di Kalimantan Timur. Berdasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), hingga awal Juni 2025, terdapat tiga kasus konfirmasi positif COVID-19 yang tercatat di Kaltim.

“Kemarin ada tambahan dua kasus di Samarinda, sebelumnya satu kasus di Januari. Jadi totalnya sejauh ini ada tiga kasus sepanjang 2025,” ujarnya saat ditemui, Selasa (10/6/2025).

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, membenarkan adanya dua pasien yang tengah dirawat inap dan diduga terjangkit COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda.

Pasien tersebut dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus) serta gangguan pada paru-paru. Saat menjalani perawatan, pasien menjalani tes swab antigen melalui hidung dan hasilnya menunjukkan positif.

“Pasien memang hasil antigennya positif, sehingga dicurigai terinfeksi COVID-19,” ujar Jaya Mualimin.

Namun demikian, untuk memastikan apakah pasien benar-benar terkonfirmasi COVID-19 atau tidak, sampel telah dikirim ke laboratorium di Banjarbaru guna dilakukan pemeriksaan PCR sebagai langkah konfirmasi lebih lanjut.

1. COVID-19 sudah jadi endemi

ilustrasi pandemi COVID-19 (unsplash.com/@glencarrie)
ilustrasi pandemi COVID-19 (unsplash.com/@glencarrie)

Bangun menegaskan bahwa saat ini status COVID-19 secara nasional telah berubah menjadi endemi. Artinya, virus ini masih ada di tengah masyarakat, namun dalam konteks yang lebih terkendali, mirip seperti penyakit influenza.

“Status endemi berarti COVID-19 tetap ada, seperti halnya influenza yang kejadiannya selalu muncul. Namun tetap menjadi perhatian dan pengawasan dari pemerintah pusat hingga daerah,” jelasnya.

2. Screening di pintu masuk tetap diperketat

ilustrasi pengecekan gejala COVID -19 (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi pengecekan gejala COVID -19 (pexels.com/Kampus Production)

Meskipun COVID-19 telah berstatus endemi, pengawasan di pintu-pintu masuk wilayah tetap dijalankan secara ketat. Sesuai surat edaran dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, petugas di lapangan akan terus melakukan pemantauan suhu tubuh dan pemeriksaan dokumen kesehatan.

“Saat ini setiap penumpang yang datang wajib mengisi formulir Satu Sehat Help Pass (SSHP). Dari situ, kita bisa mengetahui riwayat perjalanan dan kondisi kesehatan awal pelaku perjalanan,” katanya.

Jika ditemukan gejala seperti demam atau gejala mirip influenza, terutama dari wilayah dengan kasus tinggi, penumpang akan diperiksa lebih lanjut. Sampel akan dikirim ke Laboratorium Kesehatan di Banjarbaru atau ke laboratorium milik Kementerian Kesehatan di Jakarta untuk pemeriksaan lanjutan.

“Kami mencatat semua hasil screening ke dalam sistem Evidence Based Surveillance (EBS) untuk pelaporan dan pengawasan,” tambah Bangun.

3. Negara tetangga jadi perhatian

ilustrasi COVID-19 (pexels.com/Edward Jenner)
ilustrasi COVID-19 (pexels.com/Edward Jenner)

Menurut Bangun, beberapa negara tetangga mengalami peningkatan kasus COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir. Wilayah yang menjadi perhatian antara lain Singapura, Vietnam, Hong Kong, dan Cina.

“Kami terus memantau laporan yang disampaikan ke WHO oleh negara-negara tersebut. Ini penting untuk memperkuat kewaspadaan di pintu-pintu masuk internasional,” tegasnya.

4. Pemantauan jemaah haji

ilustrasi cek kesehatan (freepik.com/nasty)
ilustrasi cek kesehatan (freepik.com/nasty)

Terkait dengan musim kepulangan jemaah haji, Bangun menyatakan bahwa mekanisme pemantauan tetap sama dengan pelaku perjalanan internasional lainnya. Jemaah wajib mengisi SSHP dan akan dipantau oleh Dinas Kesehatan di daerah masing-masing.

“Jemaah haji akan dipantau selama 21 hari sejak kedatangan. Kami koordinasi dengan petugas kloter dan TKH agar proses pelaporan dan pemantauan berjalan lancar,” ujarnya.

Ia juga mengimbau masyarakat, khususnya yang menunjukkan gejala flu sepulang dari luar negeri, untuk menggunakan masker dan menjaga kesehatan demi mencegah penyebaran penyakit.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us