Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kurangi Risiko Karhutla, Petani Mempawah Tak Lagi Membakar Lahan

WhatsApp Image 2025-07-28 at 19.39.45.jpeg
Dengan menerapkan pertanian berkelanjuan, petani di Desa Malikian tidak perlu berpindah lahan (Foto : Meita.A/YKAN)

Mempawah, IDN Times – Untuk mencegah kebakaran lahan yang kerap terjadi di musim kemarau, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mendampingi para petani di Desa Malikian, Kecamatan Mempawah Hilir, Kalimantan Barat. Para petani kini mulai mengelola lahan gambut tanpa melakukan pembakaran, lewat praktik pertanian berkelanjutan.

“Dulu kami buka lahan dengan cara membakar, karena tidak ada pendampingan. Sekarang, kami belajar membuat pupuk dan pestisida sendiri dari bahan yang ada di desa,” ujar Syahrin, salah satu petani setempat.

Syahrin menyebut pendampingan ini sudah berlangsung sejak awal tahun dan memberikan banyak pengetahuan baru lewat sekolah lapangan. Ia berharap lahan yang kini ditanami jahe, jagung, dan semangka bisa mulai panen tahun depan.

1. Dukung program PLTB, pemerintah apresiasi inisiatif YKAN

WhatsApp Image 2025-07-28 at 19.39.22.jpeg
(Petani Desa Malikian menerapkan pertanian berkelanjutan di Lahan Gambut (Foto : Meita.A/YKAN)

Upaya ini selaras dengan program nasional Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) yang terus digencarkan pemerintah, khususnya di daerah rawan kebakaran.

“Sekitar 44 persen wilayah Mempawah adalah lahan gambut dengan kedalaman 4–10 meter. Saat musim kemarau, lahan ini sangat rawan terbakar dan menjadi sumber emisi besar,” kata Dr. Israr Albar, Kepala Sub Direktorat Penanggulangan Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan.

YKAN juga membangun sekat kanal untuk menjaga kelembaban gambut, serta membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA) guna mendeteksi dan menangani titik api secara cepat.

2. 13 ribu hektare terbakar di Kalbar, 1.000 Ha di lahan gambut

WhatsApp Image 2025-07-28 at 19.39.40.jpeg
Masyarakat Peduli Api Desa Malikan Berlatih Memadamkan Kebakaran Lahan (Foto : Meita.A/YKAN)

Data BPBD Kalbar mencatat, selama Januari–Agustus 2024, 13.054 hektare hutan dan lahan terbakar di provinsi itu. Sekitar 1.000 hektare di antaranya adalah lahan gambut. Kebakaran ini berdampak luas terhadap emisi gas rumah kaca, kesehatan masyarakat, hingga kerugian ekonomi.

Manajer Senior Karbon Kehutanan dan Perubahan Iklim YKAN, Dr. Nisa Novita, menegaskan pentingnya restorasi gambut berbasis masyarakat sebagai langkah pencegahan.

“Pembangunan kanal blocking, rehabilitasi lahan, dan pertanian berkelanjutan menjadi solusi menekan deforestasi gambut,” jelas Nisa.

3. YKAN dan BRIN kolaborasi lewat program Peat-CORE

WhatsApp Image 2025-07-28 at 19.38.57.jpeg
Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, BRIN dan YKAN melakukan Monitoring pelaksanaan kegiatan restorasi gambut bersama masyarakat di Desa Malikian (Foto : Meita.A/YKAN)

YKAN juga berkolaborasi dengan BRIN melalui program Peat-CORE (Peat Conservation for Resilience). Program ini bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat dalam menjaga ekosistem gambut melalui riset dan inovasi.

“Kami menilai data-data ekologi di Malikian sudah lengkap. Informasi ini penting untuk penguatan program dari desa hingga provinsi,” terang Asep Hidayat, Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN.

Menurut Asep, perlindungan ekosistem gambut akan efektif jika seluruh elemen, baik pemerintah maupun masyarakat, membangun kolaborasi secara berkelanjutan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us