MBG di Balikpapan Picu Penurunan Omzet Pengelola Kantin Sekolah

Balikpapan, IDN Times - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diterapkan di sejumlah sekolah di Balikpapan sejak setahun terakhir dikeluhkan para pengelola kantin. Pasalnya, program ini menyebabkan penurunan omzet hingga 30 persen karena siswa sudah kekenyangan saat jam istirahat.
Lia Herawati, salah satu pengelola kantin di SDN 015 Balikpapan Selatan, mengaku omzetnya terus menurun sejak program MBG berjalan. "Anak-anak sudah tidak lagi membeli makanan berat di kantin karena mereka sudah diberi makan pada jam istirahat pertama," ujarnya, Selasa (7/10/2025).
1. Pola konsumsi siswa berubah

Menurut Lia, perubahan signifikan terjadi pada pola makan siswa. Awalnya, siswa diberi makan pada istirahat kedua dan masih berbelanja di kantin. Namun kini, ada perubahan jadwal pemberian MBG sehingga tidak lagi mencari makanan berat. Sebelum program MBG masuk, Lia mengaku berjualan nasi uduk.
Akibatnya, para pengelola kantin terpaksa menghapus menu makanan berat dan hanya menjual camilan. "Penurunan penjualan mencapai sekitar 30 persen dan dampak ini terus berlanjut hingga sekarang," keluh Lia, yang sudah 10 tahun berjualan di SDN 015 Balikpapan Selatan.
Kondisi ini diperparah dengan maraknya pedagang di luar gerbang sekolah yang menjual makanan tidak sehat tapi lebih diminati siswa. "Anak-anak bosan dengan menu sehat di kantin, akhirnya lebih memilih beli di luar yang lebih variatif," jelas Lia.
Andi Suryana, pengelola kantin lainnya mengalami nasib serupa. "Awalnya saya jual nasi kuning, tapi sejak MBG masuk, langsung berhenti total. Penurunannya benar-benar terasa, sekitar 30 persen," ungkapnya.
Kini, Andi hanya menjual kentang, cilok, es, opak, dan Alat Tulis Kantor (ATK) untuk bertahan. "Khusus jam 11, anak-anak hampir tidak pernah jajan. Paling-paling cuma dua orang yang datang," keluhnya.
2. Pengelola kantin usul solusi

Para pengelola kantin mengusulkan agar program MBG dievaluasi atau pengelolaannya dialihkan ke kantin sekolah. "Kalau bisa MBG dikolaborasikan dengan kami para pedagang kantin. Di sini ada 10 kantin, misalnya 1.000 porsi MBG dibagi rata ke kami. Pasti kami sanggup layani," usul Andi.
Menurutnya, solusi ini bisa menghidupkan kembali perekonomian pedagang kantin. "Dengan begitu, kami bisa atur waktu produksi, dan kantin tidak akan separah ini sepi pembeli," tandasnya.
3. Program MBG diapresiasi orang tua

Sementara itu, Wakil Kepala SDN 015 Balikpapan Selatan Sri Rahayu tak menampik kondisi kantin sekolah sempat sepi karena program MBG. Namun kini perlahan aktivitas kantin sudah kembali normal. "Awalnya, program ini sempat berdampak pada pengelola kantin, membuat kondisinya agak sepi. Namun, seiring berjalannya waktu, para siswa mulai terbiasa dan kembali ke kantin seperti kebiasaan semula," jelasnya.
Menu MBG yang disajikan di sekolah ini cukup bervariasi, terdiri dari nasi putih dengan lauk ayam yang dimasak dengan berbagai cara, sayuran, dan kadang diselingi dengan makanan kesukaan anak-anak seperti burger.
"Respon terhadap program MBG dari siswa dan orang tua umumnya positif. Orang tua menyampaikan rasa senangnya karena program ini dianggap dapat mengurangi kebiasaan jajan anak," tambah Sri Rahayu.
Sistem pendistribusian makanan MBG disesuaikan dengan jadwal belajar siswa. Untuk siswa yang masuk siang, makanan yang disajikan adalah masakan yang baru dimasak pada pagi hari sehingga masih segar. "Jika siswa yang masuk siang merasa sudah kenyang karena makan di rumah, mereka diperbolehkan untuk membungkus makanan MBG tersebut dan membawanya pulang," jelasnya.
Sri Rahayu menambahkan, dari 10 kantin hingga kini tidak ada pengelola kantin di sekolahnya yang tutup karena dampak MBG. "Kondisi kantin terpantau aman dan beroperasi normal," pungkasnya.