Normalisasi Sungai Dipercepat, Samarinda Siapkan Tanggul Karang Mumus

Samarinda, IDN Times - Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda bersama pemerintah daerah terus memperkuat sinergi guna mempercepat program normalisasi sungai dan pembangunan infrastruktur pengendali air sebagai langkah strategis penanganan banjir.
Kepala BWS Kalimantan IV Samarinda, Andri Rahmanto Wibowo, mengatakan salah satu fokus utama saat ini adalah peninggian tanggul Sungai Karang Mumus, khususnya di Kelurahan Dadi Mulia.
“Kami sedang menyiapkan program peninggian tanggul di Sungai Karang Mumus. Insya Allah anggarannya mulai tersedia pada 2026,” ujar Andri diberitakan Antara di Samarinda, Sabtu (13/12/2205).
1. Tingginya curah hujan saat ini

Ia menegaskan, upaya fisik tersebut sangat krusial mengingat tingginya curah hujan serta pengaruh pasang surut air laut yang kerap memicu genangan di sejumlah titik vital Kota Samarinda.
BWS Kalimantan IV memastikan penanganan banjir dilakukan secara komprehensif, mulai dari pengerukan sedimen hingga penguatan tebing sungai, guna meningkatkan kapasitas tampung aliran air secara signifikan.
2. Pembangunan sistem drainase secara masif

Sementara itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda turut memperkuat upaya pengendalian banjir melalui pembangunan sistem drainase secara masif di kawasan perkotaan sepanjang 2025. Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Samarinda, Darmadi, menjelaskan bahwa perbaikan konektivitas antarsaluran drainase terus dilakukan agar aliran air hujan dapat segera mengalir ke sungai utama tanpa hambatan.
Selain itu, pembangunan kolam-kolam retensi menjadi prioritas pemerintah kota untuk menahan sementara debit air berlebih sebelum dialirkan secara terkendali ke saluran pembuangan akhir.
3. Solusi jangka pendek penanganan banjir

Pengamat Hidro-Oseanografi, Idris Mandang, mengingatkan bahwa normalisasi sungai merupakan solusi jangka pendek yang harus dibarengi dengan pembenahan lingkungan di kawasan hulu.
Menurut dia, topografi Samarinda yang hampir sejajar dengan muka air laut menjadikan wilayah ini sangat rentan terhadap fenomena backwater atau air balik, terutama saat pasang laut bertemu dengan curah hujan tinggi.
Ia juga menyoroti laju sedimentasi dari aktivitas di kawasan hulu yang mencapai jutaan ton per tahun, sehingga mempercepat pendangkalan Sungai Mahakam beserta anak sungainya.
4. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah

Karena itu, sinergi lintas sektoral antara pemerintah pusat, provinsi, dan kota dinilai menjadi kunci keberhasilan dalam merekayasa sistem tata air yang adaptif terhadap perubahan bentang alam.
Masyarakat pun diharapkan turut mendukung upaya teknis pemerintah dengan menjaga kebersihan saluran drainase serta tidak mendirikan bangunan di bantaran sungai yang dapat menghambat akses alat berat saat normalisasi dilakukan.


















