Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penjualan Sapi Kurban di Balikpapan Tahun Ini Diprediksi Menurun

Ilustrasi pakan sapi. IDN Times/M.idris

Balikpapan, IDN Times - Hari Raya Iduladha semakin dekat, setiap tahun menjelang hari raya haji para pedagang hewan kurban menjamur di Balikpapan, terutama di sekitar Jalan Indrakila, Balikpapan Utara.

Salah satunya adalah Ikbal yang mendatangkan hewan kurban dari Gorontalo dan Ternate untuk dijual di Balikpapan. Ia menjual berbagai macam jenis sapi untuk hewan kurban, seperti sapi lokal, sapi Bali, Brahma, dan limusin, dengan harga yang bervariasi. 

"Harga sudah tinggi, kemungkinan penjualan akan menurun, karena pasokan sapi kurang sehingga harga mahal waktu dibeli dari Ternate dan Gorontalo," jelas Ikbal.

1. Kenaikan harga jual sapi hingga 10 persen

IDN Times/ M. Idris

Tingginya harga modal untuk membeli sapi dari Gorontalo dan Ternate membuat penjualan sapi kurban di Balikpapan mengalami kenaikan hingga 10 persen, dengan harga terendah mulai Rp12 juta hingga  Rp65 juta. Kenaikan harga ini disebabkan stok sapi yang minim.

"Baru seratus ekor sapi saja, harga sapi sudah mahal di Ternate dan Gorontalo," jelasnya tentang sapi yang didatangkannya ke Balikpapan.

Tahun lalu lanjut Ikbal, dirinya bisa mendatangkan sekitar 200 ekor sapi, dan terjual sekitar 170 ekor, namun tahun ini belum bisa dipastikan berapa jumlah penjualan nantinya.

"Ada kenaikan harga, sekitar 10 persen dari harga tahun lalu,"ucapnya.

2. Biaya perjalanan per ekor sapi hingga Rp2 juta

IDN Times/M.Idris

Selain harga beli sapi di Ternate dan Gorontalo yang cukup mahal, biaya perjalanan sapi yang memakan waktu hingga seminggu ini juga memerlukan biaya yang cukup besar. Ongkos kirim satu ekor sapi menelan biaya sekitar Rp2 juta.

"Biaya itu, sewa mobil, makanan sapi, kapal hingga surat dari karantina asal sapi," bebernya.

Tak berhenti di situ, masih ada biaya lain yakni selama di kandang di Balikpapan, masih memerlukan biaya, termasuk menjaga kebersihan, jadi ia perlu untuk mempekerjakan karyawan.

"Untung ada tapi minim, kita jual sapi dengan harga Rp12 juta saja per ekornya, berbeda memang dengan sapi Brahma dan Limosin yang mencapai Rp65 juta, tergantung besarnya," jelas Ikbal.

3. Harus diperiksa dan mendapatkan surat dari karantina

IDN Times/M.Idris

Ikbal juga mengatakan, untuk semua sapi yang didatangkan dari luar daerah ini harus sudah mengantongi surat karantina, dan pada semua sapi juga dilakukan pemeriksaan kesehatan.

"Semua harus sehat, kalau sakit langsung ditinggal di karantina daerah asal," ungkapnya.

Dalam pemeriksaan yang dilakukan tidak semua lolos, ada juga sapi yang ditahan, karena sakit.

"Sapi yang datang hingga di Balikpapan ini, mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis, dari sana gemuk, sampai sini kurus, stres dalam perjalanan," bebernya.

4. Tidak pernah membawa hewan kurban betina

IDN Times/M.Idris

Selama ini Ikbal mengakui tidak pernah menjual hewan kurban betina, lantaran ada aturan yang melarang penjualannya. Hal ini juga diterapkan sewaktu dilakukan pemeriksaan di daerah asal mengambil hewan kurban.

"Langsung ditahan di karantina. Kalau ketahuan memotong hewan betina yang produktif bisa dicabut izin usahanya," terang Ikbal.

Ikbal yang setiap tahunnya berdagang hewan kurban, menjelaskan, biasanya dari Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) Balikpapan akan melakukan pengecekan kesehatan kembali, meskipun hewan kurban sudah  sudah mengantongi surat karantina daerah asal.

"Pasti dicek lagi kesehatannya, dan petugas biasanya meminta surat karantina asal," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mela Hapsari
EditorMela Hapsari
Follow Us