Rencana Translokasi Pari Jadi Harapan Baru Konservasi Badak Kalimantan

Kutai Barat, IDN Times – Kisah badak Kalimantan ibarat perjalanan panjang yang penuh luka sekaligus harapan. Setelah penemuan mengejutkan Najaq pada 2015, publik sempat percaya satwa bercula dua ini benar-benar masih bertahan di pulau Borneo.
Takdir berkata lain, Najaq mati pada 2016 akibat infeksi jerat. Lalu Iman, badak terakhir di Malaysia, menyusul pada 2019.
Kini, nasib spesies langka ini sepenuhnya bertumpu di Indonesia, tepatnya Kalimantan Timur. Harapan tersisa pada dua individu betina: Pahu yang kini menghuni Suaka Badak Kelian (SBK), dan Pari yang masih hidup di hutan Mahakam Ulu.
1. Pahu, sang harapan di Suaka Badak Kelian

Pahu menjadi satu-satunya badak betina Kalimantan yang dipindahkan ke SBK pada 2018. Pemindahan ini dilakukan untuk memastikan keselamatannya dari ancaman jerat dan deforestasi.
“Suaka Badak Kelian memang disiapkan sebagai tempat perlindungan dan pengembangbiakan. Meski saat ini belum ada pejantan, teknologi reproduksi berbantu sudah disiapkan untuk memperbesar peluang lahirnya badak baru,” kata Kurnia Oktavia Khairani, Direktur ALeRT, mitra BKSDA Kaltim.
2. Pari, badak ‘doom’ yang hidup terisolasi

Selain Pahu, kini perhatian tertuju pada Pari. Ia ditemukan hidup sendirian di Mahakam Ulu, terisolasi di tengah ancaman aktivitas ilegal. Kondisi ini membuatnya dikategorikan sebagai badak “doom” yang rawan punah jika tak segera diselamatkan.
“Kalau Pari tidak kita translokasikan, maka keberadaannya akan sia-sia. Tahun ini kami bersama BKSDA cukup optimis Pari bisa dipindahkan ke Suaka Badak Kelian, seperti Pahu sebelumnya,” jelas Kurnia.
Rencana pemindahan Pari tengah disiapkan, mulai dari pembangunan kandang karantina hingga paddock baru seluas 20 hektare.
3. BKSDA Kaltim : Keselamatan Pahu dan Pari jadi prioritas

Kepala BKSDA Kaltim, Ari Wibawanto, menegaskan hanya ada dua individu badak Kalimantan yang tersisa: Pahu dan Pari. “Keduanya menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Selain itu, BKSDA juga merencanakan eksplorasi habitat lain pada 2025, seperti di Tabang, Kutai Kartanegara. Namun fokus utama saat ini adalah memastikan keselamatan Pahu dan Pari.
“Pelestarian badak adalah pekerjaan besar yang hanya bisa berhasil lewat kerja kolektif. Kita perlu optimis, karena tanpa aksi nyata, badak Kalimantan bisa benar-benar hilang dari bumi,” pungkas Ari.