Skizofrenia Bisa Dikendalikan, dengan Catatan Keluarga Tak Lepas Tangan

Samarinda, IDN Times - Dokter dari Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam, Citra Rahmadani, menegaskan bahwa peran keluarga sangat vital dalam mendampingi penderita gangguan jiwa, khususnya skizofrenia. Dukungan keluarga dinilai dapat membantu pasien mencapai kondisi stabil dan mencegah kekambuhan.
“Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang membutuhkan penanganan jangka panjang, sama seperti penyakit kronis lainnya. Di sinilah dukungan keluarga menjadi sangat penting,” ujar Citra diberitakan Antara di Samarinda, Minggu (22/6/2025).
1. 1. Gejala dan pemicu skizofrenia

Citra menjelaskan, skizofrenia ditandai dengan halusinasi dan delusi. Halusinasi bisa berupa visual (melihat sesuatu yang tidak ada) atau auditorik (mendengar suara yang tidak nyata). Sementara delusi atau waham merupakan keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan, seperti merasa sedang diincar atau ingin dibunuh.
“Ini adalah bentuk gangguan jiwa yang paling berat. Tapi skizofrenia tidak muncul tiba-tiba, ada tahapan awal yang bisa dikenali,” ujarnya.
Gejala awal biasanya ditandai dengan penarikan diri dari lingkungan sosial, gangguan tidur, perubahan ekstrem dalam kebiasaan mandi, hingga bicara atau tertawa sendiri tanpa sebab.
2. Penyebab skizofrenia beragam

Citra juga memaparkan bahwa penyebab skizofrenia beragam, mulai dari faktor biologis seperti genetik, hingga faktor psikologis dan lingkungan.
“Jika orang tua memiliki riwayat skizofrenia, anak juga berisiko. Selain itu, penyalahgunaan narkoba, pola asuh yang buruk, hingga trauma sosial seperti perundungan dapat menjadi pemicu. Bahkan belajar agama tanpa bimbingan atau tekanan akademik juga bisa memicu gejala,” jelasnya.
3. Stabil bukan berarti sembuh total

Meski tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, penderita skizofrenia tetap bisa menjalani hidup yang stabil dan produktif. Kuncinya ada pada pengobatan rutin dan gaya hidup yang terkontrol, serta dukungan emosional dari orang-orang terdekat.
“Skizofrenia seperti diabetes atau hipertensi. Tidak bisa sembuh total, tapi bisa dikendalikan. Di sinilah peran keluarga menjadi kunci agar pasien tidak kambuh,” tegas Citra.
Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih memahami bahwa gangguan jiwa adalah kondisi medis, bukan kutukan atau aib. Dukungan dan pemahaman dari keluarga serta lingkungan akan sangat membantu proses pemulihan.