Efek Pandemik, Penghasilan Guru Les Privat di Balikpapan Turun Drastis
Cari sumber penghasilan alternatif tapi tetap mengajar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Pandemik COVID-19 sudah berjalan setahun di Indonesia. Banyak aspek terpengaruh, tak hanya segi kesehatan, bahkan perekonomian. Tak sedikit pekerja terdampak, ada yang dirumahkan, ada pula yang jadi korban Pemutusan Hubungan kerja (PHK).
Dampak serupa juga dirasakan para pekerja lepas atau freelancer. Jika di masa sebelum pandemik pendapatan mereka sebenarnya juga tidak menentu, namun masih bisa diharapkan. Setelah pandemik, pendapatan mereka jauh dari harapan.
Biasanya para freelancer ini adalah penjual jasa, seperti seorang guru kursus privat di Kota Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) ini. Namanya Putri Hartono (30), seorang guru les privat mata pelajaran SD dan SMP. Sebelum pandemik COVID-19, ia bisa mengajar 15 anak secara privat. Jumlahnya menurun drastis selama pandemik sebanyak 4 anak saja.
Baca Juga: Kasus Rahmad Mas’ud akan Dilimpahkan ke Polresta Balikpapan
1. Pendapatan sebelum covid mencapai Rp5 jutaan per bulan
Selama masa pandemik ini, Putri mengakui ada penurunan jumlah anak yang mempergunakan jasanya. Para orang tua beralasan tak lagi menggunakan jasanya lantaran pendapatan yang jauh berkurang. Tak sedikit juga yang beralasan takut terpapar COVID-19, sehingga memilih berhenti les privat.
Pada akhirnya sebagai penjual jasa, Putri tak bisa berbuat banyak.
Dahulu saat masih mengajar 15 anak, ia mengatur jadwal seharian penuh siang hingga malam, selama lima hari kerja. Tiap bulan setidaknya bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp5 juta dengan mengajar 15 anak, usia 7 sampai 14 tahun.
"Kalau dulu uangnya cukup untuk bayar kos, listrik, kirim orangtua di kampung, juga cicilan, nabung, dan pastinya kebutuhan sehari-hari. Makanya dulu saya cukup lah dengan ngajar les privat. Karena itu bahkan lebih dari UMK Balikpapan kan," ungkapnya.
Putri bahkan bisa mencukupi permintaan orang tuanya di daerah asalnya, Ponorogo Jawa Timur. Tak jarang juga ia menabung untuk membeli tiket pesawat.
"Dulu bisa pulang ke Jawa tiap setahun sekali. Terakhir saya Febuari 2020 bisa pulang pakai uang sendiri," katanya.
Baca Juga: Balikpapan Youth Spirit, Komunitasnya Anak Muda Cinta Balikpapan