TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peserta UTBK Unmul Samarinda Keluhkan Aturan Mendadak Wajib Rapid Test

Biaya persyaratan lebih mahal ketimbang biaya pendaftaran

Para calon maba Unmul Samarinda saat mengantre melakukan rapid test. (IDN Times/Istimewa)

Samarinda, IDN Times - Meski pandemik virus corona atau COVID-19 masih belum mereda, namun tahun ajaran baru tak bisa ditunda. Para calon mahasiswa baru (maba) di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Kalimantan Timur, harus menunjukan hasil rapid test non reaktif untuk bisa mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).

UTBK di Unmul dilaksanakan dari Senin, 6 Juli 2020 sampai Senin, 13 Juli 2020. Peserta UTBK pun mesti merogoh kocek Rp250 ribu untuk selembar surat keterangan. Sementara biaya pendaftaran UTBK sebesar Rp150 ribu.

"Yah sebenarnya berat. Karena kan belum lagi ongkos dari kampung ke sini (Unmul). Apalagi masih minta sama orangtua, terus kondisi ekonomi di mana-mana susah," ungkap Ali Ansar (19), peserta UTBK Unmul asal Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, saat dikonfirmasi Rabu (8/7/2020) siang tadi.

1. Syarat wajib rapid test lambat diumumkan Unmul Samarinda

KPU Medan lakukan Rapid Test untuk Para Calon PPDP (IDN Times/Indah Permata Sari)

Sebenarnya aturan wajib melakukan rapid test pada seluruh peserta UTBK Unmul Samarinda telah tertuang dalam surat pengumuman nomor 2286/UN17/PP/2020 dan disiarkan pada Kamis, 2 Juli 2020 kemarin. Sementara, sebagian peserta telah menginjakkan kakinya di Kota Tepian sebelum wajib rapid test itu diumumkan, seperti nasib Ali yang tiba menjelang awal Juli kemarin.

"Sebenarnya ada di Penajam sana rapid test gratis, tapi kan sudah di sini baru tahunya. Jadi terpaksa bayar lagi, mau engga mau," keluhnya.

Baca Juga: Hasil Rapid Test, Bayi 10 Bulan di Kaltim Positif Virus Corona

2. Sebagian peserta UTBK sengaja melakukan rapid test di Samarinda

Dinas Perdagangan dan Dinas Kesehatan Bantul gelar rapid test masal COVID-19 kepada pedagang pasar Jodog, Kabupaten Bantul. IDN Times/Daruwaskita

Meski senada dengan Ali, namun sebagian calon maba lainnya justru ada yang sengaja melakukan rapid test di Unmul Samarinda. Seperti Grace (19) perempuan asal Desa Loa Duri, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Meski ia sepakat dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan para calon maba lainnya, akan tetapi Grace sendiri memilih melakukan rapid test di Samarinda karena harga di tempat asalnya jauh lebih mahal.

"Sebenarnya kasihan teman-teman yang jauh, kalau saya masih mending agak dekat. Saya juga rapid (test) di sini karena murah, di kampung biayanya Rp350 ribu," ungkapnya.

Baca Juga: Ini Syarat Rapid Test Gratis bagi Pelajar dan Mahasiswa di PPU Kaltim

Berita Terkini Lainnya