TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Solar Subsidi Langka, Motoris Perahu Kelotok Balikpapan 'Menjerit'

Kelangkaan BBM jenis solar subsidi di Balikpapan

Jasa transportasi perahu kelotok di Kampung Baru Balikpapan Kalimantan Timur. (IDN Times/Hilmansyah)

Balikpapan, IDN Times - Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi tidak hanya dirasakan para sopir truk angkutan, namun juga para pengusaha motoris penyeberangan air menghubungkan Balikpapan-Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur (Kaltim). 

“Saat ini memang agak susah untuk mendapatkan solar subsidi, untuk bahan bakar perahu kelotok kami, bahkan tidak jarang harus mencari BBM solar subsidi ini ke Penajam,” ujar Motoris Perahu Kelotok di Kampung Baru Balikpapan, Rustam, Senin (28/3/2022).

Baca Juga: Sopir Truk dan Mahasiswa Demo Pertamina, Tuntut Ketersediaan Solar

1. Ada kenaikan harga solar subsidi

Motoris Perahu Kelotok di Balikpapan Rustam. (IDN Times/Hilmansyah)

Rustam mengatakan, persoalan para motoris transportasi air bukan hanya soal ketersediaan solar subsidi. Harganya saat di pasaran Balikpapan pun meningkat dari sebelumnya. 

Harga solar subsidi di Balikpapan menjadi Rp8 ribu dari sebelumnya hanya Rp7 ribu per liternya.

“Jika bulan lalu (Februari) masih bisa dapat solar di kios-kios dengan harga Rp7.000 per liter, tapi bulan ini harus menebus Rp8.000 per liter atau naik Rp1.000 per liter,” ungkapnya.

Untuk itu pun, mereka harus berkeliling dari kios ke kios penjual solar eceran, baik di Kampung Baru Balikpapan maupun di Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

2. Sehari butuh 15 liter solar

Jasa transportasi perahu kelotok di Kampung Baru Balikpapan Kalimantan Timur. (IDN Times/Hilmansyah)

Padahal dalam seharinya, Rustam mengaku membutuhkan pasokan solar hingga 15 liter untuk menghidupkan mesin perahu kelotok. Sehingga bisa diartikan, dalam sehari harus menyiapkan modal awal sebesar Rp120 ribu. 

“Untuk 15 liter itu sanggup enam kali tarik penumpang pulang-pergi Balikpapan-Penajam,” jelasnya.

Rustam menerangkan, dari 6 kali (PP) Kampung Baru-Penajam, pendapatan kotornya Rp400 ribu. Setelah dipotong biaya solar, makan minum dan rokok, serta upah juragan dan pembantu juragan kapal, sisa bersih yang dikantonginya Rp100 ribu.

“Dalam sehari rata-rata bersihnya ya bisa Rp100 ribu, tapi itu juga harus dikeluarkan untuk perawatan dan lainnya,” tegasnya.

Baca Juga: Kendaraan Penerima Solar Subsidi di Balikpapan Dilakukan Pendataan 

Berita Terkini Lainnya