TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita si Pembawa Pesan Mengusir Belanda dari Balikpapan

Pemuda Balikpapan menaklukkan tentara Belanda tahun 1948

Pejuang veteran Balikpapan Kusman mengusir tentara Belanda di Balikpapan Kaltim. Foto istimewa

Balikpapan, IDN Times - Sejarah bangsa Indonesia merebut kemerdekaan menyimpan banyak cerita. Kala itu di tanggal 17 Agustus 1945, melalui teks proklamasi yang dibacakan oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno menjadi saksi kebebasan rakyat dari para penjajah.

Tetapi, cerita tak kalah menarik setelah momen bersejarah itu berlangsung, rupanya masih banyak daerah yang berkutat dengan senjata. Berontak dan berusaha memukul mundur sisa-sisa penjarah dari tanah Nusantara.

Tak terkecuali Kota Balikpapan, yang turut menyimpan sejarah kelam tersebut. Dari Kusman, Sang Pengantar Pesan di zaman penjajahan, putra-putri Kota Beriman mejadi tahu jika Balikpapan baru bisa berteriak merdeka secara lantang setelah dua tahun pembacaan naskah kemerdekaan. Itupun mereka terlambat mendapat kabarnya.

“Balikpapan baru mendengar jika di Jakarta, Bung Karno dan Bung Hatta menyatakan kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945, jadi kami baru dengar (belakangan),” ucap sang veteran Balikpapan, sambil mengenang kembali peristiwa saat itu.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Lokasi Pertama Merah Putih Berkibar di Kaltim

1. Keterlibatan Abdul Mutholib dalam sejarah pemberontakan warga Balikpapan

Para veteran memperoleh bantuan sembako dari Pemkot Balikpapan Kaltim. Foto istimewa

Dalam ceritanya, Kusman menyebut, ada seorang pria bernama Abdul Mutholib yang memegang peranan penting dalam aksi gerakan kelompok pemuda di Kota Minyak. Pria yang digambarkan berpangkat sersan tersebut yang menjadi tokoh utama yang dipercaya para warga Balikpapan dalam membentuk camp Komite Indonesia Merdeka.

Para pemuda Balikpapan dan pendatang kala itu mendorong Abdul Mutholib agar segera menyatakan dukungan kepada Republik Indonesia yang baru di Jakarta.

“Singkatnya, masyarakat Balikpapan mendukung kemerdekaan Republik Indonesia dan bergabung menjadi satu warga Republik Indonesia,” jelasnya.

2. Cerita di balik upaya penyerangan Belanda

quora.com

Ketika Balikpapan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia, saat itu juga posisi pemerintahan yang sebelumnya dipegang Jepang telah beralih ke pemerintahan Belanda. Sebelumnya Belanda berhasil memukul mundur Jepang dan akhirnya menjadi pengganti Nippon menguasai Balikpapan.  

Setelah komite itu berhasil dibentuk dan Abdul Mutholib mengumandangkan dukungan warga Balikpapan terhadap kemerdekaan Indonesia, situasi pun memanas. Para tentara Belanda, kata Kusman, langsung melakukan penangkapan terhadap Ketua Umum pergerakan pemuda itu saat berada di podium. Dalam pesannya, Abdul Mutholib meminta kepada Pemerintah NICA alias Belanda agar meninggalkan Kota Balikpapan dan segera mengembalikan mata uang Jepang yang dirampas dari rakyat sebelumnya telah mereka gunakan sebagai transaksi.

“Karena pada saat itu NICA belum mengeluarkan mata uang, dan warga butuh untuk keperluan hidup jadi itu salah satu permintaannya. Hanya saja NICA tidak bisa mengabulkan itu,” tutur pria berusia 90 tahun itu.

Alasannya, ia meneruskan, jika NICA saat itu belum mendapat persetujuan dari kantor pusatnya yang berada di Brisbane, Australia dan kantor Cabang yang ada di Murotai. Tepat setelah pernyataan tersebut, Abdul Mutholib pun menyuarakan kepada seluruh kelompok pemuda agar melakukan serangan bersenjata ke markas Belanda.

3. Kegagalan serangan 18 November 1945

Faceboo.com/I Love Medan

Setelah segala persiapan telah matang dan senjata sudah didapatkan, tepat di tanggal 18 November 1945 para kelompok pemuda langsung melakukan serangan umum dari pos masing-masing kawasan. Abdul Mutholib memerintahkan salah satu kelompok pemuda agar menghancurkan tenaga listrik milik NICA, mengingat keberhasilan serangan mereka berada di tempat gelap.

Namun nahas, granat yang diluncurkan tak mengenai mesin tenaga listriknya dan hanya menubruk bak pendinginnya saja. Otomatis serangan tersebut gagal dan para pemuda mundur dari aksinya.

“Jadi kegagalan, akhirnya Belanda mencari tahu siapa pemimpinnya dan setelah tau Abdul Mutholib, mereka langsung melakukan pencarian,” terangnya.

Akibat kegagalan itu, Abdul Mutholib dan ketua camp penyerangan lainnya, Sugito harus diamankan dan dilarikan ke Balikpapan Seberang yang saat ini telah berganti nama menjadi Penjam Paser Utara (PPU).

Hingga detik ini, Kusman tak mengetahui ke mana dua orang penting tersebut.

Baca Juga: Apel Kehormatan dan Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Kaltim 

Berita Terkini Lainnya