TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Mitra Driver Samarinda, Bangun Bisnis Beromzet Belasan Juta 

Sempat putus kerja dari perusahaan tambang batu bara

Usaha rumahan Let's Eat Samarinda. (IDN Times/Istimewa)

Balikpapan, IDN Times - Kerja keras biasanya memang tidak pernah mengkhianati hasil. Quotes bijak ini sepertinya pantas disematkan bagi perjuangan Ahmad Rahmadani (29) warga Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim).

Putus kerja tidak membuatnya menjadi terpuruk, sebaliknya malah menjadi motivasi besar membawanya melambung terbang lebih tinggi. Semua bermula kala, perusahaan tambang batu bara tempat mencari nafkah kolaps terpapar pandemik COVID-19.

Hak gaji sebesar Rp3 juta per bulan menjadi tak menentu. Kadang ada, namun lebih sering menjadikan karyawan harus gigit jari. Perusahaan akhirnya menawarkan pengunduran dini bagi seluruh karyawan. Itu pun tanpa ada uang pesangon sama sekali.

Rahmadani sebenarnya keberatan dengan tawaran perusahaan ini. Namun daripada menunggu tanpa kepastian, lulusan Fakultas MIPA Kimia Universitas Mulawarman Samarinda ini pun akhirnya memutuskan keluar kerja dan mencari peluang baru. 

"Saya memutuskan untuk keluar saja, karena memang tidak ada kejelasan," katanya pada IDN Times, Minggu (6/3/2021). 

Baca Juga: Izin Gelar Acara, Masyarakat Balikpapan Bisa Langsung ke Mal Pelayanan

1. Mulai menjadi mitra driver Gojek

Gojek meluncurkan 12 program kesejahteraan mitra driver. (Dok.Gojek)

Prinsip Rahmadani, setidaknya asap dapur bisa terus mengepul. Ia sudah punya tanggungan tiga orang anak; Arayla Najmathul Haya, Ahmad Mundzirul Al-Musaddaq, dan Ahmad Umar Al-Hanan.

Buah cinta pernikahan dengan Elly Wahyuni bulan April 2014 silam.

“Saya menjadi mitra driver Gojek di Samarinda sejak tahun 2018,” paparnya mengenang.

Selama setahunan, Rahmadani memperoleh penghasilan lumayan untuk menyambung kebutuhan rutin keluarga. Namun tentu saja, insentif upah menjadi seorang driver Gojek jauh dari kata mencukupi untuk keberlangsungan hidup keluarga di masa depan. 

Ia harus pula memikirkan biaya pendidikan ketiga anaknya yang makin besar. 

“Saya tidak mungkin menggantungkan seluruh kebutuhan hidup mengandalkan insentif dan upah menjadi mitra driver,” ungkapnya.

2. Keluarga mencoba usaha kuliner Let's Eat Samarinda

Camilan Banaboom hasil kreasi Let's Eat Samarinda. (IDN Times/Istimewa)

Sehubungan itu, Rahmadani pun kemudian berinisiatif membangun usaha kecil kuliner keluarga. Kebetulan pula, Rahmadani dan istrinya punya minat sama tentang seni kuliner dengan hanya belajar lewat tayangan teknik memasak di media sosial. 

Mereka berdua suka memasak pelbagai menu makanan kegemaran anak-anak generasi Milenial dan Gen Z.

“Seperti sejenis camilan Korean food yang sedang tren di kalangan anak muda saat ini,” ungkapnya.

“Belajar menu lewat Youtube dan Instagram saja,” imbuhnya.

Lewat belajar autodidak ini, Rahmadani sukses menciptakan kreasi menu makanan Korean food  sesuai karakteristik lidah masyarakat Kaltim. Tampilannya modern dengan citra rasa menggigit kolaborasi rasa manis dan asin.

Ia menamai menunya; banaboom dan Korean hotdog style. Banaboom merupakan olahan sejenih buah pisang manis yang dibuat menjadi nugget isi.

Sedangkan Korean hotdog style mempergunakan bahan baku kentang, dan sosis. Menu camilan asin ini menawarkan tiga varian; corndog original, corndog kentang/hottang, dan corndog tortilla/torsis.

Rahmadani tidak langsung memasarkan produk menu makanan ini. Sebagai bahan uji coba pasar, pertama-tama, ia menawarkan secara gratis camilan ini ke lingkungan keluarga dan tetangga, sekaligus meminta tanggapan mereka.

“Mayoritas penilaian mereka positif dan menyarankan untuk dijual ke pasar,” ungkapnya.

3. Let's Eat Samarinda mulai menjajakan makanan

Let's Eat Samarinda. (IDN Times/Istimewa)

Pada tahun 2019, Rahmadani  akhirnya mulai menjajakan menu kreasinya ke pasar terbatas, di samping masih aktif sebagai mitra driver Gojek Samarinda.

Keluarga terdekat dan tetangga menjadi pelanggan, dengan omzet penjualan berkisar Rp800 ribu hingga Rp1 juta per bulan.

Meskipun begitu, Rahmadani mengaku respons pasar ini jauh melampaui harapannya. Ia sungguh tidak mengira racikan menu makanannya ini ternyata memperoleh sambutan positif dari pasar. 

“Respons tetangga dan keluarga cukup positif dengan omzet lumayan,” paparnya.

4. Mulai kerja sama dengan mitra GoFood

Menu Korean hotdog Style Let's Eat Samarinda. (IDN Times/Istimewa)

Sehubungan itu, Rahmadani lantas berkeinginan menggapai peluang pasar lebih besar dalam pengembangan kuliner rumahan ini. Namun di sisi lain, ia juga menyadari keterbatasan sumber daya dan permodalan. Bukan perkara murah membangun kios  makanan di lingkungan yang cukup strategis.

Belum lagi perkara harus menanggung risiko saat dagangan ternyata tidak memperoleh sambutan positif dari pasar.

Rahmadani lantas mencoba peruntungan mendaftar sebagai mitra GoFood Gojek. Kebetulan pula, aplikasi super di Asia Tenggara ini sedang menawarkan kerja sama bisnis kuliner rumahan bagi mitra driver selama musim pandemik COVID-19.  

Gojek akan membantu publikasi dengan skema bisnis menguntungkan kedua pihak. Penggiat bisnis rumahan tidak perlu lagi menyiapkan modal besar dalam pengembangan usahanya.

“Pihak Gojek meminta pembagian fee 20 persen dari setiap harga produk,” ungkap Rahmadani. 

5. Bisnis Let's Eat Samarinda mulai berkembang

Transaksi online di Let's Eat Samarinda. (IDN Times/Istimewa)

Strategi diterapkan ternyata berhasil di pasaran. Bisnis rumahan dinamai Let’s Eat Samarinda ini langsung memperoleh pasar di kalangan anak muda Samarinda.

Omzet penjualan makanan melonjak drastis menjadi Rp13 juta hingga Rp15 juta per bulan. Dalam sehari saja, orderan pemesanan makanan yang masuk bisa mencapai 20 hingga 75 pesanan.

Rahmadani memang sangat hati-hati dalam menjalankan bisnis rumahan ini. Seluruh keuntungan bersih diputar kembali dalam pengembangan Resto Let's Eat Samarinda.

Sedangkan kebutuhan sehari-hari, hanya mengandalkan pemasukan sebagai mitra driver Gojek.

“Ini caranya agar terkumpul modal untuk pengembangan bisnis ke depan,” ujarnya.

Terbukti sekarang ini, Rahmadani sudah punya cukup modal guna membangun kedai restoran permanen di area strategis Samarinda. Sehingga selain bisa tetap melayani transaksi penjualan secara daring, Resto Let's Eat Samarinda  pun mulai melayani penjualan langsung ke pelanggan.

“Pelanggan bisa membeli langsung serta sekadar nongkrong  di cafe ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Balikpapan Youth Spirit, Komunitasnya Anak Muda Cinta Balikpapan

Berita Terkini Lainnya