TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Di Balik Peran Doktor Forensik Pertama di Asia dalam Autopsi Yusuf

Tangani autopsi kasus balita tanpa kepala di Samarinda

Proses autopsi hanya memerlukan waktu tak sampai dua jam, tampak ahli forensik Mabes Polri Kombes Pol Dr. dr. Sumi Hastry Purwanti, DFM, SpF (ketiga dari kiri) usai autopsi di Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Samarinda, IDN Times – Jauh sebelum Kombes Pol Dr. dr. Sumi Hastry Purwanti, DFM, SpF memimpin autopsi jasad Ahmad Yusuf Ghazali (4) di Pekuburan Muslimin, Jalan Damanhuri, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang pada Selasa (18/2), rupanya ada fakta di balik kedatangan polisi wanita pertama di Asia yang mendapat gelar doktor forensik itu.

“Awalnya saya memang dihubungi oleh salah satu anggota dari TRC PPA (Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan Anak) Kaltim sebagai perwakilan dari keluarga korban melalui DM (direct message) Instagram,” ucap dr Hastry seperti dilansir dari laman poldakaltim.com.

Baca Juga: [BREAKING] Usut Penyebab Kematian, Makam Balita Tanpa Kepala Dibongkar

1. Bermula dari DM Instagram, dikira tak serius namun akhirnya surat resmi meminta bantuan dikirim oleh Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan Anak Kaltim

Jenazah Yusuf di Samarinda sebelum diautopsi dokter polisi (IDN Times/Yuda Almerio)

Itu artinya, kedatangan Hastry merupakan inisiasi dari keluarga korban lewat TRC PPA Kaltim yang selama ini mendampingi kasus balita Yusuf. Dari DM ini akhirnya bermuara kepada pengiriman surat resmi untuk meminta bantuan autopsi jenazah bocah malang tersebut.

“Saya pikir permintaan itu tidak serius tapi ternyata tiba-tiba, saya terima perintah dari atasan untuk autopsi di sana (Samarinda),” terangnya.

2. Doktor Hastry mendapat mandat dari Mabes Polri untuk menangani autopsi jenazah Yusuf

(IDN Times/Yuda Almerio)

Bagi dunia forensik kepolisian Hastry bukan nama baru. Dia adalah figur berpengalaman menangani bidang Disaster Victim Identification (DVI).

Dari informasi yang dihimpun IDN Times, banyak perkara besar pernah ditangani olehnya, misal tragedi bom Bali I­-II pada 2002 dan 2005, lalu tragedi bom Kuningan (Kedubes Australia) pada 2004.

Selanjutnya ia juga menangani tragedi bom JW Marriot Kuningan pada 2009, lalu petaka kecelakaan pesawat Sukhoi di Gunung Salak pada 2012. Hastry juga menangani insiden Malaysia Airlines MH-17 di Ukraina pada 2014, hingga jatuhnya Air Asia QZ8501 di dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada 2015.

Keahliannya dalam urusan forensik memang tak perlu diragukan, jadi tak heran beberapa negara lain kerap meminta bantuan Hastry ketika terjadi musibah.

“Jadi saya memang diperintahkan segera ke Samarinda untuk proses autopsi adek Yusuf,” imbuhnya.

3. Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan Anak memilih Doktor Hastry karena kalibernya tak lagi diragukan

Kombes Pol Dr. dr. Sumi Hastry Purwanti, DFM, SpF, setelah autopsi di makam Yusuf di Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Tak hanya itu, Hastry bisa lulus dengan predikat cumlaude dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dengan IPK 3,89 berkat penelitiannya. Dengan metode yang dia lakukan identifikasi jenazah bisa cepat dilakukan. Caranya dengan melihat suku dari DNA jenazah tersebut.

Itu sebabnya, Humas Tim Reaksi TRC PPA Kaltim, Ratnasari saat dikonfirmasi pada Rabu (19/2) pagi tak menampik hal tersebut. Hastry memang sosok tepat menangani kasus Yusuf. Padahal sebelumnya niat awal mengirim DM itu hanyalah untuk berkonsultasi, tapi takdir berkata lain.

Komunikasi terjadi usai bertukar kontak ponsel. Hastry pun mendapat kiriman sejumlah dokumentasi foto jasad Yusuf lalu dokter itu meminta agar TRC PPA Kaltim mengirim surat resmi pada awal Februari 2020.

“Ya, kami langsung kirim surat ke Mabes Polri,” tutur Ratnasari.

Baca Juga: Autopsi Balita Tanpa Kepala, Tim Forensik Bawa Potongan Tulang Yusuf

Berita Terkini Lainnya