TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pilwali 2020, Samarinda Butuh Figur Baru

Partai politik bukan penentu, masing-masing figur punya kans

Ilustrasi politik (bulletinscore.com)

Samarinda, IDN Times -Tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Samarinda memang belum dimulai, namun sejumlah figur sudah curi langkah memperkenalkan diri lewat baliho di sejumlah sudut Kota Tepian.

Sebut saja figur muda, Apri Gunawan atau politikus PKS, Sarwono. Kandidat lainnya, Meiliana dari kalangan birokrat yang juga pernah menjabat sebagai pejabat Wali Kota Samarinda pada 2015 lalu, kemudian Wakil Walikota terpilih Barkati, juga Andi Harun dan Siswadi. Keduanya merupakan kandidat yang sering duduk di kursi parlemen.

Lantas siapa yang berpeluang menggantikan atau melanjutkan trah politik Syaharie Jaang?

"Nama-nama itu punya kans yang berbeda-beda," ucap Budiman, dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda.

Baca Juga: Petugas KPPS Akan Mendapatkan Asuransi pada Pilwali 2020

1. Masing-masing kandidat punya beragam posisi tawar

accede.com.au

Lebih lanjut, Budiman mengatakan, saat ini masing-masing kandidat punya posisi tawar yang beragam. Itu bisa terlihat dari kiprahnya selama di Samarinda atau Kaltim. Masyarakat tentu bisa menilai sendiri, figur mana yang laik memimpin Samarinda.

"Trah politik Jaang sudah habis masanya, otomatis warga Samarinda diberikan kesempatan memilih pemimpin baru," tuturnya.

Sebagai perahu politik yang mengantar ke kursi kepala daerah, partai punya andil khusus. Saat ini dari perolehan Pileg 2019, dua partai yakni PDIP dan Gerindra sama-sama mendapatkan delapan kursi.

Sementara Golkar, PKS, Partai Demokrat harus puas dengan lima kursi. Lalu Nasdem dan PAN masing-masing 4 kursi. Sedangkan PKB 3 kursi, PPP 2 kursi dan Partai Hanura hanya mendapatkan satu kursi.

Berdasarkan UU Pilkada, organisasi politik dengan 9 kursi punya hak khusus mengusung kandidat tanpa harus berkoalisi. Meski begitu, Budiman menilai organisasi politik bukan penentu arah aspirasi masyarakat.

"Yang menjadi tolak ukur itu ialah kemampuan dari figur yang diusungnya," tegasnya.

Pengamat politik ini memisalkan, sebenarnya petahana punya kans terbesar memenangkan pilkada, bila dirinya menggunakan semua sumber pendongkrak suara saat menjadi wakil kepala daerah setelah dilantik. Yang jadi pertanyaan terbesar, apakah Barkati mampu menunaikan itu.

"Kalau sukses maka peluang menang sangat besar," sebutnya.

2. Gunakan waktu membangun fondasi suara

www.hrreview.co.uk/Rebecca Clarke

Budiman menyebut, langkah Apri Gunawan mendekati generasi millennial tentu membawa angin segar, pun demikian dengan Sarwono dengan tagline-nya Samarinda bersih.

Sementara basis massa Siswadi dan Andi Harun tak perlu ditanya. Keduanya punya kantong suara andalan yang tentunya siap digunakan kapan saja. Sedangkan Meiliana walaupun hanya sebentar memimpin Samarinda sebagai Pj Walikota, juga sudah punya tabungan suara.

"Tinggal komunikasi politik saja. Waktu masih panjang, sebaiknya digunakan membangun fondasi suara juga finansial," sarannya.

Dia menambahkan, bila Jaang hendak mengusung istrinya, Puji Setyowati sebagai kandidat, itu pilihan yang kurang tepat. Sebab, saat ini warga Kota Tepian sedang mencari figur baru. Selama dua dekade memimpin Samarinda, Jaang dianggap belum mampu menuntaskan persoalan Samarinda, utamanya adalah banjir.

"Jadi kandidat baru tentu tak bertalian dengan pemimpin sebelumnya. Sebagian masyarakat pasti punya penilaian demikian," katanya lagi.

Baca Juga: Launching Pilwali Balikpapan 2020 Bakal Molor hingga Oktober 

Berita Terkini Lainnya