Profesi Nelayan di Pulau Bromo yang Tinggal Sekadar Cerita

Warga Banjarmasin gemar konsumsi ikan laut

Banjarmasin, IDN Times - Masyarakat pesisir identik dengan mata pencarian mencari ikan atau profesi nelayan. Namun tidak demikian yang terjadi di Pulau Bromo masuk dalam wilayah Kelurahan Mantuil Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel). 

Profesi nelayan ini ibaratnya sekadar cerita masa lalu Pulau Bromo  yang dulu mayoritas warganya adalah pencari ikan di laut dan sungai. Pulau yang dihuni 1.250 jiwa ini sekarang lebih memilih profesi buruh bongkar muat kapal yang lokasinya masih masuk dalam kawasan tersebut. 

1. Nelayan profesi yang tidak mudah

Profesi Nelayan di Pulau Bromo yang Tinggal Sekadar CeritaAktivitas di UPT Perikanan di Banjar Raya, Banjarmasin Barat.

Setidaknya, itulah pengakuan salah seorang warga Pulau Borneo saat ditemui IDN Times. Salah satunya bernama Udin yang sudah 10 tahun lamanya tidak melaut. Ia menyatakan bukan perkara mudah menjalankan profesi nelayan, apalagi bagi mereka yang modalnya cekak. 

"Warga di sini dulu banyak nelayan, termasuk saya. Kini sudah banyak yang kerja di bongkar muat kapal dan kalau malam para laki-laki di sini sepi yah kerja itu tadi," katanya sambil asyik memancing ikan, Sabtu (1/4/2023). 

Udin mengatakan, pendapatan nelayan berasal dari hasil perolehan mencari ikan di laut. Persentase mayoritas adalah pemilik kapal sekaligus pemodal yang biasa disebut punggawa. Besarannya sebanyak 40 persen. 

Sisanya, barulah dibagi sama rata di antara para nelayan yang sudah berangkat melaut. Hasil tangkapan ikan dijual di Pelabuhan Banjar Raya. 

Baca Juga: Pasar Wadai Malah Menyumbang Lonjakan Sampah Plastik di Banjarmasin

2. Menyiangi udang jadi pemandangan harian di Pulau Bromo

Profesi Nelayan di Pulau Bromo yang Tinggal Sekadar CeritaAktivitas ibu-ibu di Pulau Bromo, Banjarmasin yang mengisi waktu dengan mengambil upah menyiangi udang.

Bila lelaki di Pulau Bromo berangkat melaut mencari ikan, para ibu-ibu setempat pun tidak mau kalah. Mereka turun membantu ekonomi keluarga dengan aktivitas menyiangi tangkapan udang dengan upah Rp5 ribu per kilo. 

Pemandangan ini lazim dijumpai di sepanjang jalan titian Pulau Bromo. 

"Lumayan kita ambil upah menyiangi udang Rp5 ribu sekilo. Rata-rata sehari bisa mendapat 5 sampai 10 kilo udang," ucap Idah.

3. Protein ikan laut yang digemari masyarakat Banjarmasin

Profesi Nelayan di Pulau Bromo yang Tinggal Sekadar CeritaKepala UPT Pelabuhan Perikanan, Provinsi Kalse, Akhmad Jaki

Minimnya jumlah profesi nelayan ini terbilang ironi bagi masyarakat Banjarmasin yang menggemari jenis makanan dari laut atau seafood

Kepala UPT Pelabuhan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalsel Akhmad Jaki mengatakan, konsumsi makanan ikan laut di tempatnya cukup tinggi hingga 80 persen. 

Seperti jenis ikan peda, tongkol, dan ikan layang dan sisanya ikan tawar. 

"Ikan laut yang masuk ke kami mendominasi ada sekitar 80 persen. Dan paling banyak ikan ini disuplai di Banjarmasin sisanya disebar di daerah lainnya," katanya. 

Setidaknya 20 kapal-kapal besar menyuplai 80 ton ikan laut bagi masyarakat Banjarmasin. "Setiap kapal variatif ada yang bermuatan 3 ton hingga 10 ton lebih," katanya.

Konsumsi makanan ikan di Kalsel memang cukup tinggi yakni 60 kilogram per kapita per tahun. Lebih besar dibandingkan konsumsi ikan nasional targetnya 55,41 kilogram per kapita per tahun. 

Baca Juga: Haul Guru Zuhdi di Banjarmasin Menyisakan 15 Ton Sampah

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya