Angka Kelahiran di Kaltim Malah Mengalami Penurunan

Hasil sensus penduduk 2020

Samarinda, IDN Times - Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) di Samarinda, Senin (30/1), angka kelahiran total/total fertility rate (TFR) di provinsi ini mengalami penurunan menjadi 2,18 berdasarkan hasil sensus penduduk 2020, turun ketimbang sensus 2010 yang tercatat 2,61.

"Fertilitas (angka kelahiran) di Kaltim menurun dalam 50 tahun terakhir, meskipun sempat mengalami kenaikan di tahun 2010," ujar Kepala BPS Provinsi Kaltim Yusniar Juliana saat merilis hasil Sensus Penduduk 2020 diberitakan Antara di Samarinda, Senin (30/1/2023).

1. Sensus penduduk BPS dilakukan per 10 tahun

Angka Kelahiran di Kaltim Malah Mengalami Penurunanunsplash/Christian Bowen

Sensus Penduduk (SP) dilakukan BPS per 10 tahun, yakni pada SP1971 mencatat angka TFR Kaltim sebesar 5,4, yang berarti seorang perempuan melahirkan sekitar 5-6 anak selama masa reproduksi perempuan.

Sementara pada SP2020 yang dimutakhirkan pada 2022, mencatat TFR sebesar 2,18 yang berarti hanya sekitar 2 anak yang dilahirkan selama masa reproduksi seorang perempuan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa program penurunan tingkat kelahiran di Provinsi Kaltim memperoleh hasil signifikan, karena TFR telah menuju replacement level, yakni jumlah kelahiran dapat menggantikan generasi sebelumnya sehingga pertumbuhan populasi tetap stabil.

TFR, katanya, merupakan jumlah dari angka kelahiran menurut kelompok umur dan merupakan ringkasan ukuran dari tingkat fertilitas, sehingga angka ini menggambarkan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa usia subur.

Baca Juga: Lapas Narkoba di Samarinda Canangkan Jadi Zona Integritas

2. Angka kelahiran menurut kelompok umur

Angka Kelahiran di Kaltim Malah Mengalami Penurunanilustrasi penurunan angka kelahiran akibat antinatalisme (unsplash.com/itfeelslikefilm)

Ia juga juga menjelaskan tentang angka kelahiran menurut kelompok umur/age spesific fertility rate (ASFR), yakni banyaknya kelahiran dari seorang perempuan dalam kelompok umur pada tahun tertentu per 1.000 perempuan pada kelompok umur 15-49 tahun dan pertengahan tahun yang sama.

"Terdapat kecenderungan peningkatan jumlah kelahiran anak yang mencapai puncaknya pada kelompok umur 25-29 tahun. Sementara untuk perempuan di atas 29 tahun, terdapat kecenderungan penurunan kelahiran jumlah anak," kata Yusniar.

Puncak ASFR terletak pada perempuan umur 25-29 tahun, yakni terdapat 134-135 kelahiran dari 1.000 perempuan umur 25-29 tahun di Kaltim. Terdapat 22-23 kelahiran di antara 1.000 perempuan umur 15-19 tahun, meningkat tajam menjadi 92-93 kelahiran per 1.000 perempuan umur 20-24, kemudian mencapai puncaknya pada kelompok umur 25-29 tahun.

3. Angka kelahiran menurun hingga 3-4 kelahiran per 1.000 perempuan umur 45-49

Angka Kelahiran di Kaltim Malah Mengalami Penurunanilustrasi angka kelahiran (unsplash.com/@efro247)

Pada kelompok umur selanjutnya, angka kelahiran menurun hingga sebesar 3-4 kelahiran per 1.000 perempuan umur 45-49 tahun.

Dalam studi kelahiran menurut kelompok umur, salah satu yang menjadi perhatian adalah ASFR kelompok umur 15-19 tahun, karena ASFR kelompok umur merepresentasikan fertilitas usia remaja dan merupakan salah satu indikator SDGs.

"Tingginya ASFR umur 15-19 tahun menjadi masalah bagi Kaltim karena mengindikasikan banyak yang menjadi ibu di usia muda, meskipun jika dibandingkan selama lima dekade terakhir, angka ini mengalami penurunan cukup tajam," katanya.

Baca Juga: DPRD Samarinda Merumuskan Perda  Minuman Alkohol pada 2023

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya