Bandar Udara Pertama di Samarinda Bukan Temindung, Ini Faktanya

Dua kali Presiden Soekarno ke Samarinda dengan Catalina

Samarinda, IDN Times - Bandar udara (bandara) pertama di Samarinda selama ini yang dikenal adalah Bandara Temindung. Jembatan Samarinda Seberang baru  dibangun tahun 1982.

Sementara Bandara Temindung dimulai pembangunnya pada November 1973. Setahun kemudian bandara ini beroperasi dan pesawat yang kali pertama mendarat adalah jenis Britten-Norman (BN-2A) dan Cessna dengan kapasitas 6 penumpang.

Lalu di mana lokasi pesawat mendarat saat presiden atau pejabat pusat menyambangi Kota Tepian sebelum Bandara Temindung selesai dibangun? Sejarawan lokal Samarinda, Muhammad Sarip menjawab, di Sungai Mahakam. Apakah bisa demikian?

"Bisa saja," kata Sarip, pada Senin (21/10).

1. Presiden Soekarno pernah berkunjung ke Samarinda dengan pesawat Catalina

Bandar Udara Pertama di Samarinda Bukan Temindung, Ini FaktanyaWikimedia.org

Lebih lanjut dia menerangkan, Sungai Mahakam memang istimewa selain menjadi sumber air, serta berbagai manfaat lainnya bagi warga Benua Etam, sungai ini juga menjadi landasan pertama untuk pendaratan burung besi di Samarinda.

Pada era 1960-an pesawat amfibi Catalina pernah menjadi sarana transportasi udara di Kota Tepian dengan landasan pacu di permukaan Mahakam. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena sentuhan atau rendaman pesawat di air dalam jangka waktu panjang berpengaruh buruk terhadap peralatan motor atau mesin pesawat.

"Riwayat historis yang paling monumental mengenai aktivitas 'lapangan terbang' Mahakam adalah ketika Presiden Soekarno berkunjung di Samarinda pada September 1950," terangnya.

Baca Juga: Pesut Mahakam, Mamalia Langka Maskot Kalimantan Timur

2. Tujuh tahun kemudian Bung Karno ke Samarinda dengan pesawat sama

Bandar Udara Pertama di Samarinda Bukan Temindung, Ini FaktanyaGaleri Samarinda Bahari, buku Sejarah Sungai Mahakam/M Sarip

Kala itu, lanjutnya, Republik Indonesia baru sembilan bulan mendapat pengakuan dunia internasional sebagai sebuah negara yang berdaulat penuh, sejak realisasi keputusan Konferensi Meja Bundar, 27 Desember 1949.

Pemerintah RI mendapat limpahan delapan unit pesawat amfibi Patrol Bomber (PB) Catalina bekas maskapai Angkatan Udara Hindia Belanda.

Pesawat PB Catalina yang pernah ditumpangi Bung Karno itu tercatat panjangnya19,35 meter (m), tinggi 6,85 m, dan lebar sayap 31,69 m, dan terdapat dua baling-baling. Setelah pesawat mendarat di permukaan Mahakam, proklamator kemerdekaan Indonesia itu menaiki kapal kecil untuk merapat ke batang, sebutan untuk dermaga mini di pinggir Mahakam. Kemudian pada September 1950, pesawat yang mengangkut presiden pertama RI itu juga lepas landas dari Mahakam.

"Tujuh tahun kemudian, Bung Karno dengan pesawat Catalina kembali mendarat di Sungai Mahakam Samarinda," tambahnya.

3. Sempat direkam oleh wartawan Belanda

Bandar Udara Pertama di Samarinda Bukan Temindung, Ini Faktanyadigitalcollections.universiteitleiden.nl/KITLV Leiden

Dia menambahkan, Willem Oltmans, wartawan Belanda yang turut bersama dalam pesawat mencatat waktu tiba di lokasi yang dia sebut sebagai tempat yang indah di pantai timur Kalimantan itu, pada 19 Juli 1957.

Catatan dua kali pendaratan Catalina yang membawa kepala negara pertama itu di Mahakam Samarinda semakin mengukuhkan Sungai Mahakam sebagai lokasi bersejarah dan legendaris serta penuh nostalgia (Willem Oltmans dalam Bung Karno Sahabatku, 2001: 54)

Baca Juga: Tuah Air Mahakam, Presiden dan Wakil Presiden Ini Kembali ke Samarinda

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya