Kisah Tan Kah Kee, Pahlawan Pendidikan Legendaris asal Tiongkok
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Xiamen, IDN Times - Tak jadi kacang lupa pada kulitnya, seorang perantau asal kota Xiamen, Provinsi Fujian, Tiongkok menunjukkan setelah sukses dan kaya raya di perantauan ia tak ragu membangun kampung halamannya.
Adalah Tan Kah Kee, yang dijuluki Raja Karet Asia karena kesuksesan membangun kerajaan bisnisnya di Singapura. Ia mendirikan puluhan sekolah dan universitas di Provinsi Fujian, Tiongkok dan Singapura. Tan Kah Kee yang dikenal pula dengan nama Chen Jiageng ini berjiwa dermawan dan amat berjasa pada dunia pendidikan.
Berikut IDN Times sajikan kisah tentang Tan Kah Kee dan jejak peninggalannya yang kini menjadi tempat wisata populer di Kota Xiamen.
1. Pendidikanlah yang bisa mengangkat derajat sosial manusia
Tan Kah Kee dilahirkan di Xiamen pada tahun 1874, kemudian pada tahun 1890 dia pindah ke Singapura untuk membantu ayahnya berdagang beras. Setelah usaha ayahnya bangkrut, pada tahun 1903 Tan Kah Kee mulai membangun kerajaan bisnisnya.
Keuletan ditambah nasibnya yang beruntung membuat Tan Kah Kee meraih sukses berlimpah. Perusahaannya memiliki banyak lini bisnis, antara lain perkebunan karet, ekspor impor, transportasi laut, perdagangan beras, dan beberapa jenis usaha lainnya.
Kesuksesannya ternyata tak membuat ia lupa akan kampung halamannya. Ia mendedikasikan donasinya untuk dunia pendidikan di Provinsi Fujian karena menurutnya pendidikanlah yang bisa mengangkat derajat sosial manusia.
Baca Juga: Pagoda Leifeng, Penjara Cinta Legenda Siluman Ular Putih
2. Sumbangannya untuk dunia pendidikan mencapai USD100 juta
Pengusaha dan filantropis ini membangun 72 lembaga pendidikan, baik sekolah, institut, akademi, hingga universitas yang tersebar di kota Xiamen dan kota-kota lainnya di Provinsi Fujian. Begitu pula di negara tempatnya merantau, Tan Kah Kee juga membangun dan berdonasi untuk sekolah-sekolah di Singapura.
Menurut Thomas, guide IDN Times saat berkunjung ke Xiamen mengatakan, sumbangan untuk pembangunan sekolah dari tahun 1912 -1961 dari Tan Kah Kee pun bernilai fantastis, yakni mencapai sekitar 100 juta dolar Amerika.
Salah satu sekolah yang dibangunnya adalah Jimei Schools, yang terletak di depan Danau Bintang Tujuh. Tan Kah Kee sendiri, dilahirkan di Desa Jimei, Distrik Tung An. Ia kemudian membangun kompleks sekolah di tanah kelahirannya ini.
3. Taman Kura-kura, kompleks makam yang indah untuk mengenang jasa Tan Kah Kee
Taman Kura-kura Jimei (Jimee Aoyuan) merupakan kompleks makam Tan Kah Kee yang meninggal pada tahun 1961 pada umur 86 tahun. Pusara makam Tan Kah Kee sendiri juga berbentuk kura-kura yang melambangkan kedamaian, ketenangan, bahagia, dan umur panjang.
Taman Kura-kura dibangun untuk mengenang jasa Tan Kah Kee. Selain itu, taman di pinggir laut ini juga memiliki beberapa paviliun yang memiliki bentuk arsitektur menarik.
Disebut Taman Kura-kura karena bentuknya dari angkasa menyerupai kura-kura yang dari laut menuju ke daratan, dan dari sisi lain tampak pula kura-kura yang menuju ke laut.
Pada Taman Kura-kura juga terdapat tugu Peringatan Pembebasan Jimei setinggi 28 meter. Di sekeliling tugu terdapat ukiran-ukiran yang terpahat dengan indah di sepanjang dinding yang menggambarkan kehidupan Tan Kah Kee.
Baca Juga: Pasukan Terracotta: Pelindung Kaisar Dinasti Qin di Akhirat
4. Taman Kembali
Salah satu taman lain yang dibangun untuk mengenang Tan Kah Kee adalah Guilai Garden atau bermakna Taman Kembali. Guilai Garden dibangun pada tahun1983 untuk memperingati 70 tahun berdirinya Jimei Schools.
Taman Kembali menggambarkan perantau yang setelah sukses tak lupa pada tanah airnya. Tan Kah Kee bahkan mendapatkan gelar dari Mao Zedong sebagai Bendera Perantau Tionghoa dan Kebanggaan Bangsa.
5. Rumah tinggal Tan Kah Kee semasa hidupnya
Masih satu kompleks dengan Guilai Garden, rumah Tan Kah Kee semasa hidupnya juga tak kalah menarik untuk dikunjungi. Rumah pengusaha yang disebut sebagai 'Henry Ford dari Malaya' ini terlihat memiliki detail pintu berbentuk kubah, yang terpengaruh dengan gaya arsitektur Melayu Singapura.
Di rumah megah ini masih terdapat barang-barang peninggalan Tan Kah Kee seperti perabotan antik, foto-foto, serta kisah sejarah Tan Kah Kee dan keluarganya.
6. Universitas Xiamen
Salah satu peninggalan Tan Kah Kee adalah Xiamen University. Dulu bernama Amoy (nama lama Xiamen) University yang didirikan pada tahun 1921. Universitas ini kemudian diserahkan kepada pemerintah Tiongkok pada tahun 1937
Universitas Xiamen memiliki luas 2.600.000 meter persegi. Sekitar 40 ribu mahasiswa menuntut ilmu di sini, dengan bimbingan lebih dari 2.000 orang dosen. Universitas Xiamen juga dikenal sebagai salah satu universitas paling indah di Tiongkok.
7. Ia juga berjasa bagi Singapura dalam perang melawan Jepang
Tan Kah Kee juga merupakan sosok penting di Singapura. Dikutip dari historia.id, Tan Kah Kee memimpin sukarelawan Tionghoa di Singapura untuk menghadapi serbuan tentara Jepang. Tan Kah Kee menjadi buruan Jepang dan kepalanya bahkan dihargai 1 juta gulden oleh pihak Jepang.
Tan Kah Kee sempat melarikan diri ke Indonesia, melalui jalur laut ia menuju ke Palembang, Sumatera. Namun ternyata tentara Jepang telah sampai ke Palembang. Ia pun memutuskan berbelok arah ke Pulau Jawa dan memutuskan tinggal sementara di Malang sampai tentara Jepang terusir dari Indonesia dan Singapura.
Karena jasanya, nama Tan Kah Kee diabadikan menjadi salah satu nama stasiun MRT di Singapura. Selain itu, untuk mengenang sang filantropis, salah satu program beasiswa diberi nama Tan Kah Kee Scholarship Fund, yang kemudian berganti nama menjadi Tan Kah Kee Foundation.
8. Hubungan Tan Kah Kee dengan Indonesia
Dikutip dari historia.id, pada masa pelarian Tan Kah Kee ke tanah Jawa, Jepang membentuk Keibotai atau pasukan pembantu polisi yang anggotanya khusus pemuda-pemuda Tionghoa. Tan Kah Kee berpandangan jangan sampai Keibotai dimanfaatkan Jepang sebagai ‘perisai’ menghadapi kemarahan Rakyat Indonesia.
Justru, dicatat dalam Lima Jaman oleh Siauw Giok Tjhan, Keibotai perlu digunakan sebagai penggugah kesadaran pemuda peranakan Tionghoa, bahwa mereka adalah putra Indonesia, yang perlu ikut serta dengan putra-putra Indonesia lainnya untuk memperjuangkan perbaikan nasib bagi seluruh rakyat Indonesia dan mencapai kemerdekaan nasional.
Tan Kah Kee juga pernah mendorong orang Tionghoa di Amoy (Xiamen), Swatow, dan Shanghai untuk memboikot layanan kepada dan menggunakan kapal Belanda. Boikot ini dilakukan sebagai respons atas blokade perdagangan oleh tentara Belanda di perairan Sumatera dan Singapura. Boikot yang digerakkan oleh Tan Kah Kee ini membuat Belanda marah.
Itulah kisah inspiratif Tan Kah Kee, seorang perantau yang tak lupa kampung halamannya di Xiamen. Selain itu sosoknya juga dikenang karena jiwa wirausaha, kepemimpinan, kepedulian dan sifatnya yang dermawan. Warisan berupa sekolah dan universitas yang didirikannya hingga kini masih tetap bermanfaat untuk memberikan edukasi bagi generasi muda.
Baca Juga: Wisata ke Pulau Gulangyu, Kota Tua yang Instagramable