Sensasi Melihat Ribuan Buaya dari Dekat di Penangkaran Teritip Balikpapan

Balikpapan, IDN Times – Kalau kamu sedang berkunjung ke Balikpapan, jangan lewatkan kesempatan mampir ke Penangkaran Buaya Teritip. Tempat wisata ini menjadi salah satu destinasi paling populer di Kota Minyak, karena menawarkan pengalaman langka: melihat langsung lebih dari 1.400 ekor buaya dari jarak dekat!
1. Jenis-jenis buaya yang ditangkar di sini

Terletak di Kelurahan Teritip, Balikpapan Timur, penangkaran seluas 5 hektar ini menjadi rumah bagi tiga jenis buaya, yaitu buaya muara (Crocodylus porosus), buaya air tawar (Crocodylus siamensis), dan buaya supit (Tomistoma segellly).
Reptil-reptil ini ditangkar untuk diambil kulit dan dagingnya. Dagingnya biasanya diolah jadi sate buaya. Banyak juga pengunjung yang penasaran ingin mencoba.
2. Sensasi berada dekat dengan buaya

Meski buaya dikenal buas, pengunjung tak perlu khawatir. Semua buaya ditempatkan dalam puluhan kandang kokoh dengan ketinggian 1,5–2 meter. Celah kawat di sekelilingnya memungkinkan wisatawan melihat aktivitas buaya dari dekat, bahkan hanya sekitar dua meter jaraknya. Sensasi memotret buaya sambil menahan debar jadi pengalaman tersendiri bagi wisatawan.
3. Pengunjung bisa memberi makan buaya

Setiap kandang bisa berisi puluhan buaya muda, sedangkan buaya dewasa yang panjangnya mencapai lebih dari empat meter ditempatkan secara terpisah.
Yang paling tua usianya sekitar 50 tahun dan panjangnya 5,2 meter. Ada juga yang berumur 40 tahun, panjangnya sekitar 4,5 meter.
Buaya-buaya ini diberi makan ayam tiren dua kali seminggu, dengan total kebutuhan sekitar 150 kilogram ayam setiap kali makan.
4. Pekerjaan risiko tinggi

Selain melihat-lihat, pengunjung juga bisa mencoba memberi makan buaya secara langsung. Pengelola menyediakan ayam yang bisa dibeli untuk dilemparkan ke rawa buatan. Dalam hitungan detik, buaya-buaya lapar akan berebut mangsanya — pemandangan yang mendebarkan tapi aman, selama pengunjung tetap di area yang ditentukan.
Petugas selalu menggunakan sepatu bot dan membawa bambu untuk berjaga-jaga. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa prosedur keamanan sangat ketat, karena pernah ada petugas yang terluka akibat diserang buaya saat bertugas.
5. Ekspor kulit buaya

Buaya di sini tidak hanya dijadikan objek wisata, tapi juga sumber ekonomi. Kulit buaya dari penangkaran milik CV Surya Raya ini diekspor ke Eropa untuk dijadikan tas, ikat pinggang, dan dompet. Syaratnya, buaya harus berusia antara 4–6 tahun dan memiliki panjang minimal 2 meter. Setiap tahun, sekitar 400 ekor diekspor ke luar negeri.
Sementara dagingnya dijual untuk konsumsi lokal, salah satunya dalam bentuk sate buaya yang tersedia di area wisata setiap akhir pekan. Hanya saja, kios sate biasanya tutup selama bulan Ramadan.
Selain itu, bagian tubuh buaya lain juga dimanfaatkan — lemaknya diolah menjadi minyak buaya, sementara organ tertentu dipercaya berkhasiat untuk meningkatkan stamina pria.
6. Bisa naik gajah juga, lho...

Menariknya, kawasan ini tak hanya dihuni buaya. Di halaman penangkaran juga ada dua ekor gajah asal Lampung yang jinak dan bisa diajak berinteraksi. Kehadiran gajah ini menambah daya tarik wisata edukatif bagi pengunjung.
Menurut Nyoman, pengelola berencana menambah koleksi satwa lain agar penangkaran semakin menarik. “Masih menunggu izin dulu,” katanya.
Penangkaran Buaya Teritip berlokasi di Jalan Mulawarman No. 66, tak jauh dari Pantai Manggar dan Pantai Lamaru. Tiket masuknya cukup terjangkau, hanya Rp10 ribu–Rp20 ribu per orang, dengan parkir Rp2 ribu–Rp5 ribu. Tempat ini buka setiap hari pukul 09.00–17.00 WITA.