Laba Bersih BSI Tumbuh 12,8 Persen di Masa Pandemik COVID-19

Fokus pengembangan segmen individu potensial

Balikpapan, IDN Times - PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk mengumumkan pencapaian laba bersih perusahaan meningkat 12,8 persen selama pandemik COVID-19. Memasuki bulan Maret 2021 ini tercatat laba bersih perusahaan mencapai Rp741,64 miliar atau meningkat 12,8 persen dibanding bulan Maret 2020 sebesar Rp657,20 miliar.

“Laba bersih perusahaan selama pandemik COVID-19 cukup meningkat signifikan,” kata Area Head BSI Kalimantan Timur dan Utara (Kaltimra) Affan Mawardi, Selasa (13/7/2021).

1. Proses merger tiga bank syariah membawa dampak positif perkembangan bisnis

Laba Bersih BSI Tumbuh 12,8 Persen di Masa Pandemik COVID-19Bank Syariah Indonesia (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

BSI merupakan hasil merger tiga bank syariah BUMN terbesar di Indonesia, yakni BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah. Penggabungan tiga bank syariah ini menjadikan aset BSI sebesar Rp234,43 triliun menempati peringkat ketujuh sektor perbankan di Indonesia. 

Strategi penggabungan ini ternyata mampu meningkatkan performa BSI  dalam pembiayaan menjadi Rp159,07 triliun naik 14,74 persen serta tabungan dana pihak ketiga menjadi Rp205,51 triliun naik 14,30 persen.

Baca Juga: Wow, Tabung Oksigen Lengkap di Balikpapan Melambung Jadi Rp4 Juta

2. Berkomitmen tinggi dalam pengembangan sektor UMKM di Indonesia

Laba Bersih BSI Tumbuh 12,8 Persen di Masa Pandemik COVID-19IDN Times/Dhana Kencana

Affan mengatakan, BSI sejak awal proses merger sudah berkomitmen dalam mendukung pengembangan sektor UMKM di Indonesia. Apalagi dalam hal ini BRI Syariah, sebagai salah satu bank bermerger dalam BSI sejak awal sudah punya kekuatan dalam pembiayaan sektor UMKM.

Kekuatan BRI Syariah ini yang kemudian diakomodasi menjadi salah satu core strategi pembiayaan perbankan yang kini berusaha dikembangkan BSI.

“BRI Syariah dulunya sudah kuat dalam sektor mikro, dua perusahaan lainnya memang belum terlalu kuat (soal UMKM). Nanti akan tumbuh bersama signifikan,” paparnya.

3. Fokus dalam segmen tertentu

Laba Bersih BSI Tumbuh 12,8 Persen di Masa Pandemik COVID-19Bank Syariah Indonesia (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Selama kondisi pandemik COVID-19, BSI pun fokus dalam pembiayaan sektor segmen tertentu, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan hajat hidup orang banyak. Seperti layanan grosir, makanan pokok, dan lainnya. 

Seperti terjadi di area tugasnya di Kaltim, Affan mencontohkan bagaimana BSI turut membantu dalam pembiayaan terhadap para petani plasma kelapa sawit. Menurutnya, sektor industri kelapa sawit di Kaltim sedang jadi primadona menggantikan sektor industri pertambangan yang sedang menurun.

“Kalau bagi kami, pertambangan memang sedang menuju sunset (terbenam) sehingga bukan menjadi prioritas selama ini. Kalau di Kaltim contohnya petani sawit,” tuturnya.

Di sisi lain, BSI juga tetap menggarap segmen individu tertentu potensial. Mereka mengolah data individu calon nasabah yang memiliki setidaknya nilai tabungan di atas Rp10 juta hingga Rp20 juta sesuai publikasi oleh Bank Indonesia. 

“Kami harus memilih alokasi sesuai sumber daya dan knowledge. Di sini kami kunci segmen itu,” tegasnya.

4. Bank syariah memiliki prospek di masa mendatang

Laba Bersih BSI Tumbuh 12,8 Persen di Masa Pandemik COVID-19Gedung Otoritas Jasa Keuangan Indonesia atau OJK di Jakarta (IDN Times/Aldila Muharma)

Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kaltim menilai sektor jasa keuangan syariah memiliki prospek kuat di masa mendatang. Total aset sektor jasa keuangan ini terus meningkat di sebesar 22,7 persen terdiri bidang jasa keuangan syariah, pasar modal, dan keuangan non bank syariah.  

“Total asset jasa keuangan syariah terus meningkat,” kata Kepala OJK Kaltim Made Yoga.

Dalam kondisi sekarang ini, OJK sendiri punya komitmen agar gelombang pandemik COVID-19 tidak memberikan dampak terlalu besar pada sektor perekonomian. Seperti dalam pemberian layanan keuangan di Indonesia.

Sehubungan itu, OJK mendorong mendorong seluruh sektor perbankan agar tumbuh berkembang bersama generasi millennial dan gen z. Salah satunya dengan mengintegrasikan sistem kelola perbankan menuju layanan berbasis teknologi. 

“Tantangan sistem keuangan dalam 10 hingga 15 tahun ke depan pada para generasi millennial,” ujarnya.

Baca Juga: Balikpapan Youth Spirit, Komunitasnya Anak Muda Cinta Balikpapan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya