Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

14 Ribu Jamban Mencemari Sanitasi Sungai-Sungai di Banjarmasin

Pemukiman warga bantaran sungai di wilayah Banjarmasin Selatan.

Banjarmasin, IDN Times - Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel) dianggap belum layak menyandang status sebagai kota sehat. Penanganan jamban sehat masih menjadi persoalan bagi masyarakat Banjarmasin yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi sungai-sungai besar. 

Alih-alih membangun sanitasi jamban sehat, mayoritas masyarakat Banjarmasin lebih memilih membuang tinja atau feses ke bantaran sungai setempat. 

Sehingga tidak mengherankan bila kebiasaan tidak sehat tersebut sudah mencemari kualitas air sungai di Banjarmasin. Terutama dengan tingginya kandungan bakteri Escherichia coli atau E.coli ditemukan di air sungai Banjarmasin. 

Bakteri ini disebabkan maraknya kotoran manusia di perairan sungai.  

1. Jamban tak sehat tersebar di seluruh Kecamatan

Pemukiman bantaran sungai yang tak terlepas dari jamban. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Ketua Forum Kota Sehat Kota Banjarmasin Faturrahman mengatakan, mayoritas masyarakat memang tidak menyadari pentingnya kebiasaan hidup sehat dalam penanganan tinja. Dalam catatannya, ia menyebutkan terdapat setidaknya 14 ribu jamban yang tersebar di setiap bantaran sungai di Banjarmasin. 

"Kami mendata ada sekitar 14 ribu jamban, hampir semuanya kotoran nyemplung ke sungai. Meskipun itu, ini terus kita perjuangan agar jamban perlahan berkurang, namun harapannya warga bisa mengerti dan sadar," katanya.

Keberadaannya terdapat di masing-masing lima kecamatan setempat. 

Status jamban-jamban tersebut terbagi dalam dua kriteria, yakni jamban tertutup di mana dimiliki satu keluarga tertentu. Satunya lagi adalah jamban terbuka yang dimanfaatkan secara bersama-sama oleh kelompok masyarakat di suatu wilayah. 

Tetapi persoalannya tetap sama, baik jamban terbuka maupun tertutup ini membuang kotoran tinja langsung ke aliran sungai. Tanpa ada fasilitas sanitasi maupun filter yang bisa menyaring tinja sebelum akhirnya dibuang ke sungai. 

2. Kota sehat harus 80 persen bebas BAB sembarangan

Pemukiman Bantaran sungai di Banjarmasin Barat.

Forum Kota Sehat dan Pemkot Banjarmasin, menurut Faturrahman aktif dalam menyosialisasikan pengentasan jamban-jamban sungai selama dua tahun ini. Program BUMN dan BUMD di Banjarmasin pun turut mendukung upaya perbaikan sanitasi jamban masyarakat. 

Dari upaya itu sedikitnya ada 10 kelurahan di Banjarmasin yang telah mendeklarasikan wilayahnya bebas buang air besar sembarangan atau open deficasion free (ODF). Program ini mampu mengurangi 28 persen kebiasaan buang air besar sembarangan (BAB) ke sungai setempat. 

Meskipun demikian, pemerintah tetap menilai Banjarmasin belum layak disebut kota sehat atau penerima Penghargaan Swasti Saba. Karena syarat kota sehat minimal 80 persen ODF.

"Berdasarkan informasi dari Tim KKS Provinsi Kalsel terkait dengan status dokumentasi KKS Kota Banjarmasin tidak dapat diteruskan ke pusat karena tidak memenuhi syarat pencapaian ODF belum 80 persen," katanya.

3. Tangani limbah dan jamban perlu langkah konkret

Warga merobohkan jamban di Banjarmasin Selatan.

Sementara itu, Kepala Bidang Lingkungan Hidup DLH Kota Banjarmasin M Khuzaimi menyatakan, tingkat pencemaran bakteri E.coli sudah sangat memprihatinkan di sungai-sungai setempat. 

Tentu hal itu disebabkan kebiasaan tidak sehat masyarakat di Banjarmasin dalam membuang tinja secara langsung ke sungai. Menurutnya perlu relokasi jamban-jamban sungai dalam mengurangi pencemaran bakteri E.coli. 

Hal ini tentunya bisa berguna dalam membangun lingkungan sungai Banjarmasin agar lebih sehat sekaligus sedap dipandang. 

Pemkot Banjarmasin pun mengajak Pemprov Kalsel guna bersama-sama dalam menyelesaikan persoalan ini. Agar kebiasaan tidak sehat masyarakat Banjarmasin dalam mencemari lingkungan sungai bisa dikurangi. 

"Persoalan cemaran E.coli harus segera diatasi, ini perlu semua pihak dan pemerintah antar daerah," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hamdani
SG Wibisono
Hamdani
EditorHamdani
Follow Us