Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bahasa Daerah Terancam di Mahulu dan Paser, Balai Bahasa Gerak Cepat

ilustrasi ngobrol dengan teman
ilustrasi ngobrol dengan teman (freepik.com/bearfotos)

Samarinda, IDN Times - Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus memperkuat upaya pelestarian bahasa daerah dengan menjalankan program revitalisasi terhadap lima bahasa di Kaltim dan Kalimantan Utara (Kaltara) pada 2025. Langkah ini dilakukan sebagai upaya perlindungan kekayaan intelektual komunal sekaligus mencegah kepunahan bahasa daerah.

“Dari bahasa daerah yang teridentifikasi di Kaltim dan Kaltara, sebagian besar mengalami penurunan fungsi dan jumlah penutur,” ujar Kepala Balai Bahasa Kaltim, Asep Juanda diberitakan Antara, di Samarinda, Kamis (13/11/2025).

1. Program revitalisasi bahasa daerah di Kaltim

antarafoto-kukar-festival-budaya-nusantara-2025-1753073584.jpg
Dua orang bocah menampilkan seni bela diri suku Dayak Benuaq Tonyoi (Behempas Rotan) saat berlangsungnya Kukar Festival Budaya Nusantara 2025 di depan Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (19/7/2025). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz

Tahun ini, program revitalisasi difokuskan pada Bahasa Melayu Kutai, Paser, dan Kenyah untuk wilayah Kaltim. Sementara di Kaltara, Bahasa Tidung dan Bulungan menjadi prioritas utama pelestarian.

Asep menjelaskan bahwa saat ini terdapat 16 bahasa daerah yang tercatat secara resmi di Kaltim dan 11 bahasa daerah di Kaltara. Secara keseluruhan, wilayah kerja Balai Bahasa Kaltim mencakup 27 bahasa daerah.

Namun, sejumlah bahasa menunjukkan kondisi vitalitas yang mengkhawatirkan. Beberapa di antaranya, seperti Punan Merah, Dusun, Segaai, Tunjung, Basap, dan Punan Long Lamcin, telah masuk kategori rawan.

2. Hilangnya penutur muda bahasa daerah di Kaltim

Prosesi hukum adat suku Paser Mayar Sala (IDN TImes/Ervan Masbanjar)
Prosesi hukum adat suku Paser Mayar Sala (IDN TImes/Ervan Masbanjar)

Kerawanan ini ditandai dengan semakin hilangnya generasi penutur muda yang tidak lagi menggunakan bahasa ibu dalam percakapan sehari-hari. Kondisi ini berpotensi mempercepat kepunahan bila tidak segera dilakukan upaya revitalisasi yang serius dan terukur.

Asep menyebutkan, penutur bahasa-bahasa yang terancam punah tersebut kini hanya tersisa dalam jumlah kecil dan tersebar di beberapa wilayah, seperti Mahakam Ulu, Paser, dan Kutai Barat. Data lapangan menunjukkan kondisi kritis pada Bahasa Punan Merah di Mahakam Ulu serta Bahasa Dusun di Paser, yang kini hanya dipakai di satu kampung dengan penutur aktif didominasi kelompok usia lanjut.

Ilustrasi medan di kawasan Mahakam Ulu Kaltim.
Ilustrasi medan di kawasan Mahakam Ulu Kaltim. Foto Pemprov Kaltim

Berdasarkan pemetaan Summer Institute of Linguistics (SIL), jumlah penutur bahasa-bahasa yang terancam punah ini tidak mencapai seribu orang.

Meski begitu, beberapa bahasa daerah lain seperti Melayu Kutai, Paser, Banjar, Bugis, Bahau, dan Kenyah masih berada pada tingkat vitalitas yang relatif aman.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us

Latest News Kalimantan Timur

See More

Satgas Pangan Sidak Dua Pasar di PPU, Harga Beras Mulai Turun

14 Nov 2025, 16:30 WIBNews