Dapur Ditutup usai Siswa Keracunan, Orang Tua di Ketapang Tolak MBG

Pontianak, IDN Times - Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Mitra Mandiri 2 yang mengelola Makan Bergizi Gratis untuk siswa di SDN 12 Benua Kayong, Ketapang, Kalbar ditutup sementara imbas berita belasan siswa keracunan.
Sebelumnya diberitakan, belasan siswa diduga keracunan usai mengkonsumsi MBG dengan lauk nugget ikan hiu berbau, dan sayur yang hampir basi.
Siswa mengalami gejala keracunan seperti mual muntah, pusing, dan sakit perut. Mereka langsung dilarikan ke RSUD Agoes Djam Ketapang.
1. SPPG ditutup sementara

Kepala Regional MBG Kalbar, Agus Kurniawi menerangkan, usai insiden keracunan tersebut viral, pihaknya menutup sementara SPPG tersebut. Penutupan ini selama masa investigasi berlangsung.
“Kami akan tutup SPPG untuk sementara waktu sampai selesai investigasi. Hari ini tidak ada pendistribusian MBG udara dapur yang bersangkutan,” jelas Agus, Rabu (24/9/2025).
Agus melanjutkan, investigasi dan pemeriksaan akan dimulai hari ini dengan melibatkan unsur dari Pemerintah Kabupaten Ketapang, Polres Ketapang, Dinas Kesehatan (Dinkes) Ketapang dan BPOM Ketapang.
2. Menu MBG diuji laboratorium

Agus menyebutkan, menu yang diduga membuat belasan siswa muntah dan sesak nafas itu juga sedang diuji laboratorium. Menu terdiri dari nasi putih, nugget ikan hiu filet saus tomat, tahu goreng, oseng kol plus wortel dan melon.
“Kita akan koordinasi dengan Polres, Dinkes, BPOM,dan Pemda Ketapang,” papar Agus.
Nantinya, hasil investigasi itu yang akan menyimpulkan keputusan apakah SPPG Dapur Mitra Mandiri 2 ini diperbolehkan beroperasi kembali atau tidak.
“Kita menunggu keputusan apakah diperbolehkan operasional lagi atau tidak. Hari ini kita mulai investigasi,” tegasnya.
3. Orang tua murid di Ketapang tolak MBG

Usai viral kasus siswa keracunan MBG, orang tua murid di Ketapang merasa resah. Sejak insiden itu, banyak wali murid memilih melarang anak mereka menyantap menu MBG yang dibagikan di sekolah.
“Daripada berisiko, lebih baik anak saya bawa bekal dari rumah,” ucap Ratna, 36 tahun, warga Benua Kayong.
Sedangkan, Susilo, 53 tahun, wali murid di salah satu SD swasta di Ketapang, mengaku trauma setelah mendengar kabar keracunan sehari sebelumnya.
“Hari ini lebih banyak siswa tidak berani makan MBG. Kami juga melarang anak kami. Risikonya lebih besar daripada manfaatnya,” ujarnya.
Peristiwa ini berdampak luas di lapangan, kekhawatiran itu terlihat jelas. Kepala Sekolah SD Santa Monica, Yohanes Aliman, menyebut konsumsi MBG di sekolahnya menurun drastis.
“Biasanya habis, tapi hari ini banyak makanan masih utuh, bahkan tidak dibuka dari wadahnya,” terang Yohanes.
Para wali murid mendesak pemerintah daerah segera melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari kualitas bahan, kebersihan dapur, hingga distribusi makanan.