Jembatan Gantung di Sintang Roboh, Siswa Nyeberang Menggunakan Sampan

Pontianak, IDN Times - Berusia 25 tahun, jembatan gantung yang menghubungkan Desa Nanga Libau dan Desa Sekujam Timbai, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) roboh, pada Selasa (8/10/2025).
Jembatan gantung Sungai Sepauk ini ambruk diduga karena termakan usia. Jembatan ini memiliki panjang 120 meter dan lebar 1 meter.
Jembatan ini merupakan urat nadi aktivitas warga dua desa, baik untuk kebutuhan ekonomi, pendidikan, hingga mobilitas sehari-hari.
1. Anak sekolah terpaksa nyeberang pakai sampan

Meski tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, warga mengaku sangat terdampak karena jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses cepat yang menghubungkan dua desa.
Jembatan yang berdiri di Dusun Ensibau Libau, RT 011/RW 001, Desa Nanga Libau ini sehari-hari dilalui oleh warga, termasuk anak-anak sekolah dari tingkat PAUD hingga SMA.
Saat ini, warga yang tak memiliki sampan harus mengeluarkan biaya setiap hari untuk menyeberang menggunakan perahu milik tetangga. Sementara mereka yang memiliki sampan pribadi, masih bisa melintasi sungai untuk beraktivitas.
“Kalau tidak punya sampan, harus bayar orang buat nyeberang. Ini jelas memberatkan,” ungkap salah satu warga, Rajali, Sabtu (11/11/2025).
Usai ambruknya jembatan tersebut, Kepala Desa setempat menyeberangkan anak-anak sekolah menggunakan sampan milikya.
2. Dulu jembatan dibangun swadaya warga

Jembatan tersebut dibangun secara swadaya pada tahun 2000 oleh seorang pengusaha asal Desa Nanga Libau, yang akrab disapa Apui atau Rajali. Namun, setelah berdiri, jembatan itu telah diserahkan ke Pemkab Sintang dan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Warga pun mendesak agar Pemerintah Kabupaten Sintang segera membangun kembali jembatan yang kini kondisinya telah rata dengan tanah.
3. Dinas PU tinjau lokasi

Kepala Bidang Jembatan di Dinas PU Kabupaten Sintang, Karmila, membenarkan kejadian robohnya jembatan tersebut. Dia mengatakan, pihaknya telah meninjau lokasi bersama aparat setempat, termasuk camat, Babinsa, Kapolsek, dan pihak Balai.
“Kami sudah lakukan pengukuran ulang panjang dan lebar jembatan. Material juga sudah dievakuasi. Sekarang sedang dalam proses penyusunan transtap (transmisi tahap awal pembangunan),” ungkap Karmila.
Untuk sementara waktu, kata Karmila, masyarakat hanya bisa menggunakan transportasi jalur air dengan sampan atau perahu kecil untuk menyeberang, hingga jembatan tersebut dibangun kembali.