Kalimantan Timur di Mata Kolonial, Tersaji di IKN

Nusantara, IDN Times – Potret masa lalu Kalimantan Timur kembali dihadirkan lewat sudut pandang yang jarang dilihat publik. Louie Buana, kandidat Phd di Universitas Leiden, Belanda asal Makassar, Sulawesi Selatan, menggelar pameran foto bertema “Menatap Masa Depan dari Masa Lalu: Kalimantan Timur dalam Sorotan Lensa Kolonial” di Ibu Kota Nusantara (IKN), Minggu (3/8/2025).
Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian Kongres Diaspora Indonesia ke-8. Louie mengungkapkan, ide pameran bermula saat dirinya dihubungi Renu Lubis dari Indonesian Diaspora Network (IDN) Global. “Mbak Renu bilang ada permintaan untuk bikin pameran di IKN. Karena saya memang sudah hampir 10 tahun terlibat dalam pembuatan pameran dan kolaborasi tentang Indonesia di museum-museum Belanda, saya langsung setuju,” ujarnya.
1. Proses panjang kurasi foto

Sejak Mei hingga Juni 2025, Louie mulai mengumpulkan foto-foto dari arsip Belanda yang jumlahnya mencapai ratusan ribu. Proses ini tidak hanya mengandalkan pencarian gambar, tetapi juga penelitian mendalam untuk mengidentifikasi objek dalam foto.
“Banyak caption foto di arsip yang sangat minim informasi. Misalnya foto bunga kecombrang, hanya ditulis ‘bunga yang bisa dimakan di Kalimantan Timur’ tanpa nama spesifik. Jadi saya harus identifikasi lagi, menyesuaikan dengan konteks zamannya,” jelas Louie, yang juga peneliti sejarah ini.
Kurasi foto dilakukan selama sekitar dua bulan, membagi pameran dalam tiga tema besar: sejarah, manusia, dan lingkungan.
2. Tiga tema besar

Tema pertama mengangkat peninggalan sejarah, mulai dari artefak Hindu-Buddha seperti patung Dewa dan Buddha, hingga peninggalan Islam berupa makam bertulisan Arab, termasuk sosok Sultan Aji Muhammad Parikesit dan permaisuri.
Tema kedua berfokus pada manusia, terutama suku Dayak. Louie menjelaskan, koleksi Belanda pada era kolonial lebih banyak menampilkan potret masyarakat pedalaman dibanding pesisir. “Bagi Belanda pada masa colonial suku Dayak dianggap lebih eksotis,” katanya.
Tema ketiga menyoroti lingkungan alam Kalimantan. Foto-foto pada periode kolonial kerap menonjolkan hutan lebat, sungai deras, dan kekayaan alam yang tidak ditemukan di Eropa. “Mereka melakukan exoticizing terhadap alam. Setelah tahu ada minyak dan batu bara, Belanda membangun narasi bahwa mereka ikut membangun dan ‘memperadabkan’,” ujarnya.
Louie juga menyinggung dampak kolonial terhadap kearifan lokal. Salah satunya, arsitektur rumah panggung yang fungsinya mengantisipasi banjir justru diganti rumah batu oleh Belanda.
3. Terbuka untuk pameran lanjutan

Pameran ini tidak hanya ditujukan untuk pengunjung kongres, tetapi juga akan menjadi koleksi yang disimpan di IKN atas permintaan Otorita IKN. Louie membuka kemungkinan mengadakan pameran serupa di Kalimantan Timur jika ada undangan dari institusi lokal.
“Karena posisi saya di Belanda, saya punya akses ke banyak sumber arsip. Kalau ada yang mau bekerja sama, saya dengan senang hati membantu,” pungkasnya.
Lewat pameran ini, Louie ingin pembangunan IKN di Kaltim tak melupakan sejarah dan budaya asli. "Karena untuk membangun masa depan, kita harus belajar dari sejarah," ungkap dia.