Kongres Diaspora di IKN, Momentum Satukan Kekuatan Bangsa

Nusantara, IDN Times – Dari lima benua mereka datang. Ada yang menempuh perjalanan dua jam dari Singapura, ada pula yang harus berpindah-pindah negara sebelum tiba di Balikpapan dan meneruskan perjalanan darat menuju IKN. Sabtu (2/8/2025) pagi, ratusan diaspora Indonesia berkumpul di jantung pembangunan masa depan negeri, Ibu Kota Nusantara (IKN), untuk mengikuti Kongres Diaspora Indonesia ke-8.
Ajang dua tahunan ini menjadi momentum bagi para perantau—baik yang masih memegang paspor merah maupun yang sudah menjadi warga negara asing—untuk kembali ke tanah air, bertukar ide, dan merumuskan kontribusi nyata bagi bangsa.
1. IKN, simbol dukungan diaspora pada Indonesia masa depan

Presiden Indonesia Diaspora Network (IDN) Global, Sulistyawan Wibisono menegaskan pemilihan IKN sebagai lokasi kongres bukan sekadar pilihan logistik. Menurutnya, ini adalah pernyataan cinta dan dukungan diaspora terhadap pembangunan ibu kota baru.
"Setuju atau tidak setuju, IKN adalah keputusan politik yang sudah sah. Datanglah, lihat langsung, dan sampaikan kepada dunia apa yang kalian saksikan di sini," ujar Iwan.
Dia mengakui, memilih IKN bukan langkah mudah. Sebagian anggota sempat ragu karena status pembangunan yang masih menjadi perdebatan publik. Namun, ia menilai justru di sinilah diaspora perlu hadir untuk melihat langsung dan menjadi jembatan informasi ke dunia internasional.
Salah satu kisah inspiratif datang dari Edy Ridwan, diaspora yang lahir di India dan tumbuh di berbagai negara mengikuti penugasan orang tuanya sebagai diplomat. Setelah berkarier di bidang teknologi informasi, Egy menciptakan sistem administrasi desa berbasis digital bernama OpenDesa.
Kini, program ini digunakan aktif oleh lebih dari 8.500 desa dari total sekitar 74 ribu desa di Indonesia. Sistem ini membuat administrasi desa menjadi lebih transparan, efisien, dan terhubung dengan data publik.
"Inilah bukti bahwa kontribusi diaspora bisa langsung dirasakan masyarakat, bahkan hingga ke pelosok desa," kata Iwan mengapresiasi.
2. Diaspora sebagai aset strategis bangsa

Board of Trustees IDN Global Said Zaidansyah menekankan bahwa diaspora Indonesia adalah potensi strategis yang belum digarap maksimal. Mereka bisa menjadi sumber perspektif baru, membuka akses perdagangan, memobilisasi modal dan keahlian, hingga mengubah fenomena brain drain menjadi brain gain.
"Apapun status kewarganegaraannya, hati dan pikiran diaspora tetap untuk bangsa. Potensi ini harus digarap optimal, bukan hanya untuk diplomasi, tapi juga untuk penguatan ekonomi, inovasi, dan pembangunan nasional," kata dia.
Ia mengusulkan pembentukan entitas khusus yang memiliki jangkauan operasional luas untuk memberdayakan diaspora secara terstruktur dan masif.
Chairman Board of Advisor IDN Global, Kartini Sarsilaningsih, menyebut semangat nasionalisme jarak jauh (long distance nationalism) sebagai pengikat utama para diaspora Indonesia.
"Meski hidup di negeri yang jauh, hati kita tidak pernah benar-benar meninggalkan tanah air. Cinta ini membutuhkan jembatan, dan jembatan itu adalah komunikasi dan karya nyata," ujarnya.
Kartini mengajak para diaspora menjadikan kongres bukan sekadar forum temu, melainkan ruang penyatuan semangat dan kolaborasi nyata untuk Indonesia.
3. Diaspora ikut lindungi pekerja migran

Selain teknologi, IDN Global juga bergerak di bidang perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI). Bersama Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum, dan sejumlah universitas, mereka melatih 48 PMI menjadi paralegal.
"Kita harus mengubah mindset tentang PMI, bukan hanya sebagai pengirim remitansi, tetapi juga sebagai insan yang perlu perlindungan, pemberdayaan, dan ruang untuk berkembang," ujar Iwan.
Para paralegal ini kini menjadi garda terdepan dalam memberikan bantuan hukum awal bagi rekan-rekan mereka di luar negeri.
Selama kongres, para peserta akan mengikuti diskusi tematik, sesi jejaring, dan perumusan rekomendasi kebijakan. Semuanya diarahkan untuk memaksimalkan kontribusi diaspora di bidang diplomasi, ekonomi, teknologi, hingga budaya.
Dengan semangat “pulang kampung” ke IKN, para diaspora berharap kongres ini menjadi lebih dari sekadar ajang silaturahmi—melainkan langkah nyata menghubungkan potensi global mereka dengan kebutuhan pembangunan nasional.