Pengamat Kritisi Soal Tingginya Harga Elpiji 3 Kg di Kalsel

Banjarmasin, IDN Times - Harga gas elpiji 3 kg bersubsidi di Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi perhatian masyarakat. Harganya jauh melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan sebesar Rp18.500.
Di Kota Banjarmasin, misalnya, harga gas melon bersubsidi ini bisa mencapai Rp32 ribu per tabung di tingkat pengecer. Ketika terjadi kelangkaan, harga bahkan bisa melonjak hingga Rp40–50 ribu per tabung atau lebih.
1. Gas melon mahal, warga mau tidak mau bakal beli

Pengamat Ekonomi dari Akademisi Uniska Banjarmasin, Dr M Zainul turut memberikan perhatian terhadap hal tersebut. Ia menilai, semestinya harga gas tersebut bisa sesuai dengan HET.
"Gas 3 kg baru tadi saya beli Rp32 ribu. Maklum belinya di pengecer, mungkin sudah berapa tangan," ujar Inayah, seorang ibu rumah tangga di Sungai Lulut, Banjarmasin Timur.
Hal serupa juga terjadi di daerah tetangga Banjarmasin, yaitu Barito Kuala (Batola). Harga gas melon di wilayah tersebut mencapai Rp30–32 ribu per tabung dan kondisi ini sudah berlangsung cukup lama. Warga pun mau tidak mau tetap membelinya.
"Rata-rata di daerah sini harga gas melon sekitar Rp30 ribu," kata Mutia, warga Semangat Dalam, Batola.
2. Peraturan bagus tapi minim pengawasan

Muncul pertanyaan, apakah peraturan pemerintah pusat yang mengatur harga hingga tingkat pengecer dapat berjalan efektif di semua daerah, termasuk di Kalsel?, menurut Zainul, tingginya harga gas melon yang tidak sesuai dengan HET terjadi karena lemahnya pengawasan.
Meskipun pemerintah sudah menetapkan aturan, jika pengawasannya tidak optimal, maka peraturan sebaik apa pun tidak akan efektif.
"Peraturan pemerintah itu sudah baik, tapi ini soal bagaimana aspek pengawasannya. Belum lagi soal distribusi gas yang sering tidak sesuai peruntukannya," katanya.
3. Pemicu harga gas melon naik

Zainul juga menyebutkan bahwa kepanikan masyarakat turut menjadi faktor penyebab naiknya harga gas melon. Misalnya, ketika mendengar kabar kelangkaan atau pembatasan kuota, masyarakat cenderung membeli gas melon melebihi kebutuhan.
Kondisi ini memicu peningkatan permintaan secara signifikan. Ketika permintaan naik tetapi pasokan terbatas, keseimbangan pasar terganggu dan harga pun melonjak.
"Kunci harga naik itu ya karena permintaan meningkat yang tidak diimbangi dengan pasokan. Apalagi jika kuota gas dikurangi, maka situasi akan semakin parah," jelasnya.