Sosialisasi Pelindo Ricuh Diserbu Preman, Ini Kronologi Penolakan Kapal Pandu di Kukar

Samarinda, IDN Times - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Regional 4 Samarinda menegaskan bahwa kegiatan pemanduan dan penundaan kapal di wilayah Desa Muara Muntai Ilir, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, telah sesuai dengan regulasi resmi dari pemerintah. Pernyataan ini sehubungan sosialisasi Pelindo di Muara Muntai berujung ricuh menyebabkan kepala desa diserang sekelompok preman bersenjata balok kayu.
General Manager Pelindo Regional 4 Samarinda, Capt. Suparman, menyatakan bahwa kegiatan tersebut merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KP-DJPL 225 Tahun 2025. Keputusan itu memberikan pelimpahan kewenangan kepada Pelindo untuk menjalankan layanan pandu dan tunda kapal.
“Kegiatan ini juga diperkuat dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 244 Tahun 2021 yang menetapkan wilayah wajib pandu Kelas I, mencakup perairan Pelabuhan Samarinda hingga Muara Muntai, termasuk kawasan Jembatan Martadipura, Muara Jawa, dan Kuala Samboja,” ujar Suparman diberitakan Antara, Rabu (11/6/2025).
1. Pelindo terpaksa membatalkan sosialisasi di Muara Muntai

Suparman mengatakan, Pelindo telah menggelar sosialisasi terkait layanan pandu dan tunda kapal di wilayah Muara Muntai pada Kamis (22/5/2025), yang dihadiri para pengguna jasa serta pemangku kepentingan.
“Salah satu hasil sosialisasi tersebut adalah penetapan jadwal Go-Live pelayanan pandu dan tunda kapal di Muara Muntai pada Senin (9/6/2025),” tambahnya.
Sebagai bagian dari persiapan, tim Pelindo diterjunkan ke lapangan pada Minggu (8/6/2025). Namun, saat tiba di titik penjemputan kapal, tim mendapatkan informasi adanya aksi protes dari sekelompok warga.
“Demi alasan keselamatan, tim kami ditarik kembali ke Samarinda. Kami terus menjalin koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa, sambil menunggu situasi kondusif,” kata Suparman.
Pelindo berharap layanan ini dapat segera berjalan dengan lancar demi mendukung kelancaran pelayaran dan menjaga standar keselamatan maritim di perairan tersebut.
2. Kondisi ricuh di rumah Kepala Desa Muara Muntai
IDN Times memberitakan situasi di Desa Muara Muntai Ilir memanas jelang sosialisasi peluncuran layanan pandu dan tunda kapal. Suasana silaturahmi Idul Adha yang digelar di rumah Kepala Desa Arifadin Nur, mendadak ricuh setelah sekelompok orang tak dikenal melakukan penyerangan, Minggu (8/6/2025).
Sekitar delapan orang membawa balok kayu dan menyerang Arifadin serta merusak rumahnya. Mereka berteriak mengatasnamakan masyarakat dan mencari perwakilan Pelindo yang diduga hadir di desa.
“Ini tangan saya dijahit dua sampai tiga jahitan karena dipukul balok. Pak Kasdim, warga kami, juga kena pukul di kepala sampai harus dijahit tujuh jahitan,” ujar Arifadin saat melapor ke Polres Kukar, Senin (9/6/2025).
Aksi kekerasan ini terekam dalam video dan menyebar luas di media sosial di Kalimantan Timur.
3. Kelompok ini merasa terganggu dengan adanya agenda Pelindo

Arifadin menduga penyerangan dipicu oleh kesalahpahaman soal kedatangan Pelindo. Ia menegaskan bahwa kapal pandu yang datang belum beroperasi, melainkan masih dalam tahap persiapan peluncuran.
“Pelindo hadir bukan karena saya. Ini bagian dari program nasional Kementerian Perhubungan dan BUMN. Saya hanya menjalankan koordinasi sesuai arahan pusat,” tegasnya.
Ia juga mencurigai motif ekonomi sebagai pemicu penyerangan. Para pelaku diduga bukan warga desa, melainkan pihak luar yang merasa terancam kehilangan mata pencaharian sebagai pemandu kapal tradisional.
“Delapan orang itu bukan warga sini. Mereka datang dari luar dan membawa alat. Sepertinya ini sudah direncanakan,” katanya.
Arifadin telah melaporkan kejadian tersebut ke polisi dan menunjuk kuasa hukum untuk mengawal proses hukum. Ia berharap kasus ini diusut secara tuntas dan tanpa intervensi dari pihak mana pun.