‘Vini, Vidi, Punchy’ Kocok Perut Penonton pada Event Stand Up Pontianak

Pontianak, IDN Times - Menutup akhir tahun 2025, Stand Up Indo Pontianak menghadirkan pertunjukkan yang mengocok perut penonton, dengan tema ‘Vini, Vidi, Punchy’, pada Sabtu (13/12/2025) malam, di CW Coffee Sungai Raya Dalam.
Ini sekaligus jadi refleksi perjalanan Stand Up Indo Pontianak sebagai bentuk semangat untuk menyambut tahun 2026.
Anggota Komunitas Stand Up Info Pontianak, Ageng Wicaksono menuturkan bahwa tema tersebut terinspirasi dari frasa terkenal Veni, Vidi, Vici yang berarti “Kami datang, kami melihat, kami menang”. Namun, tema itu diadaptasi ke dalam konteks stand up comedy.
“Dalam stand up, ada istilah yang namanya punchline. Jadi kami ubah maknanya menjadi ‘kami datang, kami dengar, kami lucu’,” kata Ageng.
1. Bakal hadirkan lebih banyak kolaborasi

Ageng bilang kalau pertunjukan ini menjadi acara penutup di akhir tahun 2025 dengan harapan meninggalkan kesan positif bagi penonton dan komunitas. Sedangkan untuk 2026, Stand Up Indo Pontianak akan menargetkan lebih banyak proyek kolaborasi.
“Resolusi 2026 kami ingin lebih banyak proyek bersama teman-teman stand up, serta mengundang dan memancing gairah komik-komik nasional untuk datang ke Pontianak,” tuturnya.
Perkembangan Stand Up Indo Pontianak dalam dua tahun terakhir, kata Ageng, menunjukkan tren positif. Pada 2024 hingga 2025, sejumlah komika nasional telah tampil di Pontianak, seperti Raditya Dika, Abdur, Ge Pamungkas, hingga Sadana Agung.
“Ini progres yang baik. Bahkan Januari 2026, Raditya Dika dijadwalkan datang lagi ke Pontianak. Kesuksesan acara sebelumnya diharapkan bisa menarik komika nasional lainnya,” paparnya.
2. Fokus pada kualitas materi yang akan ditampilkan

Ageng menuturkan, pertumbuhan anggota komunitas tak selalu signifikan. Setiap tahun, komunitas hanya bertambah sekitar tiga hingga empat anggota baru. Hal itu, kata dia, berbeda dengan komunitas stand up di kota-kota besar seperti Jakarta atau Yogyakarta yang menjadi kota perantauan dan pendidikan.
“Pontianak ya segitu-segitu saja anggotanya. Tapi jumlah tidak mempengaruhi kualitas atau kesuksesan komunitas. Walaupun segini-segini aja kami selalu memikirkan kualitas materi yang akan disampaikan oleh teman-teman,” terang Ageng.
Stand up comedy bersifat fleksibel dan mampu menyesuaikan dengan konteks daerah tempat tampil. Materi yang dibawakan komika lokal pun dekat dengan keseharian masyarakat Pontianak.
3. Harap bisa undang komika nasional lagi

Komunitas kerap menggelar open mic secara mandiri maupun atas undangan pihak lain. Respons penonton, menurut Ageng, umumnya positif, meski tantangan tetap ada.
“Kalau acara kita sendiri, penonton datang karena memang tahu ada stand up. Tapi kalau kita diundang, kadang penonton kaget karena tidak berekspektasi ada stand up comedy,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Ageng berharap agar komunitas Stand Up Indo Pontianak dapat kembali mengundang komika-komika nasional untuk tampil di Pontianak.
“Semoga kita bisa kembali mengundang komika nasional di tahun depan. Ini juga jadi potensi para penonton untuk hadir di event-event dari komunitas kami,” tutupnya.


















