TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dampak COVID-19, Pedagang Kuliner di PPU Keluhkan Bisnis Seret  

Pedagang kecil terancam gulung tikar

Warung makanan kuliner ikan goreng dan soto lamongan sepi pembeli sejak pemberlakukan kebijakan pemerintah akibat corona (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Penajam, IDN Times - Merebaknya wabah virus corona di Indonesia akhir - akhir ini telah membawa dampak pada berbagai bidang kehidupan. Pengusaha kuliner dan pedagang kecil pun turut terpukul gara-gara wabah mematikan ini.

Sumiyati seorang pengusaha kuliner ikan goreng dan Soto Lamongan di Jalan Provinsi KM 5 Kelurahan Nenang, Kecamatan Penajam, PPU, saat dikunjungi IDN Times, Rabu (1/4) di tempat usahanya mengungkapkan, sejak merebak virus corona dan diterapkan social/ physical distancing,  pendapatan hariannya terus berkurang.

Baca Juga: Pandemi Virus Corona, Kebutuhan Pokok di Penajam Paser Utara Aman

1. Hasil jualan tak balik modal

Feri penjual gorengan yang menyatakan terus merugi (IDN Times/Ervan Masbanjar)

"Biasanya ketika kondisi normal, dalam satu hari saya bisa menghabiskan nasi hingga 10 kilogram dan keuntungan mencapai jutaan rupiah, sekarang 3 kg saja tidak habis. Buat modal untuk beli bahan saja sudah tidak cukup," tutur Sumiyati.

Senada dengannya, Nina penjual makanan gado - gado dan es campur di Kelurahan Gunung Seteleng Kecamatan Penajam menambahkan, warungnya tidak seramai dulu. Sebelum virus corona meneror, modal Rp500 ribu sudah bisa untung Rp400 ribu - Rp600 ribu, tapi sekarang bahkan tak balik modal.

"Kami sangat merugi, modal Rp500 ribu untuk membeli bahan habis untuk makan sendiri atau terpaksa dibuang karena makanan seperti gado - gado dan es campur tidak bisa bertahan lama. Sedangkan untuk mengantar pesanan ke rumah pelanggan saya tidak punya kemampuan," ungkapnya.

2. Banyak pedagang kuliner terancam gulung tikar

Penjual makanan gado - gado dan es campur yang terdampak corona sepi pembeli (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Menurutnya, jika pandemi virus corona tak kunjung usai dan masyarakat terus diminta untuk di rumah saja, melakukan social/phyisical distancing, kemungkinan besar banyak pedagang bakal gulung tikar. Namun dirinya sadar kebijakan pemerintah itu harus dilakukan agar virus corona tidak menyebar di PPU.

"Kami berharap dapat perhatian dari pemerintah, yang setiap hari hanya mengharapkan hasil dari berjualan untuk makan dan memenuhi kebutuhan lainnya," tuturnya.

Sementara, menurut Feri pedagang gorengan di Jalan Provinsi Km 9 Nipah-Nipah mengungkapkan, selama beberapa hari penghasilannya terus mengalami penurunan. Biasanya gorengan yang dijual Feri banyak dibeli oleh para pegawai, namun karena sekarang mereka work from home atau bekerja dari rumah, kini dagangannya jadi sepi.

3. Selama tiga hari berjualan modal belum kembali

Penjual gorengan yang mengaku merugi (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Selain itu, Feri bahkan mengeluh tak berani lagi memikirkan keuntungan lantaran semakin sedikit orang membeli dagangannya.

"Selama tiga hari berjualan modal saja belum kembali apalagi pikirkan keuntungan. Biasanya dengan modal Rp500 ribu per hari saya bisa untung rata - rata  Rp200 ribu. Kalau kondisinya seperti ini terus mungkin untuk sementara waktu saya tidak berjualan dulu," ujarnya.

Sebetulnya, lanjut Feri, dirinya bersedia mengantar makanan yang dipesan melalui handphone tapi tidak ada peminatnya. Menurutnya, hal itu juga dilakukan sejumlah pedagang lain namun tetap tidak laku karena pembelinya memang tak ada.

"Saya hanya bisa menyiasati dengan mengurangi modal jualan sebanyak 50 persen, sehingga ruginya tidak terlalu besar kalau harus mengeluarkan modal seperti hari biasanya," ujarnya.     

Ia berharap, wabah virus corona cepat selesai dan kondisi PPU normal lagi seperti sedia kala. Tidak seperti saat ini yang penuh ketidakpastian bagi dirinya yang berharap dari hasil berjualan gorengan setiap hari.

Baca Juga: Keluyuran, ODP di Penajam Paser Utara Bakal Ditindak Tegas 

Berita Terkini Lainnya