Pagebluk PMK yang Membuat Pedagang Ternak di Banjarmasin Rugi Besar
Kerugian mencapai puluhan juta rupiah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banjarmasin, IDN Times - Pagebluk penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak berdampak tidak langsung kepada pedagang sapi di Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel).
Pemprov Kalsel memang dengan cepat membendung agar PMK ini tidak menyebar luas di peternak setempat. Tetapi yang sulit dihindari adalah terjadinya penurunan drastis penjualan hewan ternak jelang perayaan Idul Adha.
Masyarakat Banjarmasin cenderung berhati-hati berbelanja hewan kurban di tengah marak pemberitaan tentang PMK. Salah satunya dialami salah seorang pedagang sapi Banjarmasin bernama M Sidik yang mengaku penjualan hewan ternaknya anjlok tahun ini.
Hari-hari normal, pasaran hewan ternak sapi di Banjarmasin kisaran Rp14 juta per ekor. Dengan adanya persoalan PMK membuat pasokan hewan ternak di Banjarmasin pun menurun, berdampak pada kenaikan harganya menjadi Rp16 juta per ekor.
"Dampaknya pedagang mengalami kerugian puluhan juta rupiah karena adanya penurunan daya beli masyarakat akibat PMK ini. Biasanya beli 5 ekor, tahun ini paling 2 atau 3 ekor sapi saja," katanya saat ditemui di Banjarmasn, Jumat (8/7/2022).
Baca Juga: Tujuh Anggota Satreskoba Polresta Banjarmasin Ditarik ke Polda Kalsel
1. Kondisi masyarakat Banjarmasin di tengah kondisi PMK
Sidik mengatakan, situasi penyebaran PMK sangat menyulitkan pedagang ternak di Banjarmasin. Satu sisi pasokan hewan ternak dari luar kota terbatas, tetapi persoalan lain juga terjadi penurunan daya beli masyarakat akibat pandemik COVID-19.
Biasanya, pedagang Banjarmasin mengandalkan pasokan hewan ternak dari Jawa Timur yang tertinggi kasus PMK se Indonesia. Sementara stok tersedia berasal dari hewan ternak lokal, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, dan Sulawesi.
Meski beberapa hari ini sapi Madura telah didatangkan namun dalam jumlahnya juga sangat terbatas. Sehingga belum bisa memenuhi permintaan masyarakat.
"Daya beli masyarakat menurun drastis seiring wabah PMK ini. Sebelum PMK biasanya kita menyediakan 200-400 ekor tapi sekarang paling banyak sekitar 200 ekor saja," keluhnya.
Baca Juga: Kontroversi Belanja Minyak Goreng dengan Aplikasi di Banjarmasin