TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Patah Kaki Kiri, Kenapa Kaki Kanan yang Dioperasi? 

Kaki kanan pasien kini menjadi tidak normal

Ketua KSPI Kaltim, Kornelis Gatu bersama korban menunjukkan bukti foto rontgen kaki korban. Foto istimewa

Balikpapan, IDN Times - Kasus dugaan malapraktik terjadi di rumah sakit Sangata Kutai Timur Kalimantan Timur (Kaltim). Seorang pasien bernama Yuliana Rafu (43) mengalami patah kaki sebelah kiri, tetapi dokter ortopedi rumah sakit tersebut malah mengoperasi kaki sebelah kanan. 

Korban pun akhirnya melaporkan kasus dugaan malapraktik tersebut ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kaltim. 

“Sopir tidak lihat ke belakang, saya sementara masih kasih naik ini alat-alat. Langsung saya jatuh, dia lindas di kaki," katanya saat ditemui di Balikpapan, Kamis (6/1/2022). 

Baca Juga: Kasus Tokoh Adat Dayak di Kutim, karena Penutupan Jalan Sawit

1. Peristiwa kecelakaan patah kaki

Ilustrasi Pembunuhan (IDN Times/ Mardya Shakti)

Peristiwa kecelakaan dialami Yuliana terjadi saat pulang dari rutinitas menyemprot tanaman perkebunan kelapa sawit pada tahun 2016 silam. 

Seluruh peralatan dinaikkan ke dalam truk pengangkut. Di saat bersamaan truk mulai berjalan, Yuliana yang hendak naik ke atas dump truk itu terjatuh ke kolong truk, hingga kaki kirinya terlindas ban truk.

Kaki kiri korban mengalami patah sehingga harus dilakukan penanganan medis secepatnya. Yuliana langsung dilarikan ke rumah sakit di Sangata untuk mendapatkan perawatan medis.

Dari hasil diagnosa dokter menyebut sebagian tulang kaki kiri mengalami keretakan bahkan patah. Dokter di rumah sakit itu kemudian menyarankan Yuliana untuk menjalani operasi pemasangan pen di bagian kaki yang cedera.

2. Patah kaki kiri tapi dioperasi kaki kanan

Ilustrasi Korban (IDN Times/Mardya Shakti)

Tanpa menunggu lama, Yuliana bersedia menempuh jalur operasi guna pemasangan besi pen di kakiknya yang patah sebelah kiri. 

Selanjutnya, dokter melakukan operasi dan memasang pen pada kaki Yuliana.

Operasi berjalan mulus dan bisa dikatakan berhasil. Namun, Yuliana terkejut bukan kepalang, pasalnya pasca itu kaki kanannya justru sulit untuk digerakkan.

“Waktu dioperasi saya tidak tahu karena dibius. Tadinya kaki kanan ini masih bergerak. Habis dioperasi tidak bisa bergerak,” ungkapnya.

Dalam kondisi pemulihan di ruang rawat, Yuliana dihampiri oleh dokter yang melakukan operasi. Dia lantas bertanya tentang kondisi kaki kanannya yang tidak bisa digerakkan lagi. 

“Saya tanya, pak dokter operasi di mana? Dokter bilang sudah operasi bu. Di mana? Kata saya, terus dokter menunjuk di sini (kaki sebelah kanan). Saya bilang, bukan ini dokter. Patah ini sebelah kiri,  dia langsung diam,” ungkapnya. 

3. Masalah berlanjut sampai panjang

Ilustrasi Kecelakaan (IDN Times/Arief Rahmat)

Masalah ini kemudian sampai ke serikat buruh tempat Yuliana bekerja. Dia mendapat advokasi dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Kaltim. 

KSPI Kaltim berupaya menengahi persoalan ini untuk meminta kejelasan tanggung jawab rumah sakit. Ketua KSPI Kaltim Kornelis Gatu menyampaikan, bahwa hasil mediasi awal sekitar tahun 2016 lalu, dokter rumah sakit yang mengoperasi Yuliana telah mengakui kelalaiannya.

Hasil mediasi ini ditindaklanjuti rumah sakit dengan kembali mengoperasi kaki kiri Yuliana. Kala itu operasi yang dilakukan bertujuan memindahkan pen yang terlanjur terpasang di kaki kanan ke kaki kiri Yuliana. 

Setelah operasi kedua itu, rumah sakit masih memberi layanan pemulihan dan perawatan terhadap Yuliana. Namun, kaki kanan Yuliana tak kunjung menunjukkan kondisi membaik.

3. Penanganan medis terhadap korban dihentikan

http://radarsultengonline.com

Masalah semakin pelik ketika memasuki tahun 2019. Yuliana diberhentikan dari pekerjaannya karena perusahaan menganggap dirinya tidak produktif.

Kondisi yang berat bagi Yuliana mengingat jaminan kesehatannya tidak lagi ditanggung asuransi ketenagakerjaan. 

Pihak rumah sakit pun menghentikan layanan pemulihan dan perawatan kakinya. 

Upaya komunikasi dan negosiasi dengan rumah sakit pun berujung tanpa solusi. 

“Direktur Rumah Sakit yang baru menjabat itu lepas tanggung jawab dan menyarankan agar kami berurusan langsung dengan dokter yang mengoperasi kakinya,” terang Kornelis.

Baca Juga: Kasus Penutupan Akses Kebun Sawit di Kutim Masuk Proses Penyidikan 

Berita Terkini Lainnya