Ruang Hidup Terbatas, 37 Orangutan Diselamatkan oleh BKSDA Kaltim

Samarinda, IDN Times - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur (Kaltim) berhasil menyelamatkan 37 individu orangutan hingga Februari 2025. Kepala BKSDA Kaltim, Ari Wibawanto, menjelaskan bahwa upaya penyelamatan ini terbagi dalam tiga kategori utama, yaitu penanganan konflik dengan manusia, penyelamatan habitat yang terisolasi, dan rehabilitasi.
Dalam penanganan konflik dengan manusia, BKSDA Kaltim aktif melakukan mitigasi di daerah-daerah yang rawan konflik, terutama di wilayah Kutai Timur. Tim BKSDA melakukan patroli dan pemantauan rutin untuk mendeteksi potensi konflik. Apabila terjadi, mereka langsung melakukan evakuasi. Ari menjelaskan, konflik seringkali timbul karena semakin terbatasnya ruang hidup orangutan yang terisolasi.
"Salah satu contoh penanganan konflik adalah yang terjadi di jalan poros Sangatta-Muara Wahau. Di sana, orangutan telah terisolasi, dan perlu segera dilakukan penyelamatan," kata Ari.
1. Kerjasama dengan mitra

Dalam penyelamatan ini, BKSDA Kaltim bekerja sama dengan berbagai mitra seperti Center of Orangutan Protection (COP), Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), dan Conservation Action Network (CAN). Dari total 37 orangutan yang berhasil diselamatkan, 28 di antaranya telah dipindahkan ke tiga lokasi yang sudah dinyatakan layak untuk pelepasliaran berdasarkan hasil kajian BKSDA.
Lokasi-lokasi tersebut adalah Hutan Lindung Batu Masangat Busang di Kutai Timur, PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), dan Taman Nasional Kutai.
"Kami segera melakukan translokasi untuk menghindari potensi konflik yang lebih besar, mengingat habitat orangutan yang terisolasi. Semua langkah ini dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor 17 Tahun 2024 tentang Penyelamatan Jenis Satwa," jelas Ari.
2. Kembangkan konservasi terpadu

Selain translokasi, beberapa orangutan juga memerlukan perawatan medis. Mereka dititipkan di BOSF Samboja dan COP untuk menjalani rehabilitasi sebelum akhirnya dilepasliarkan kembali ke alam.
BKSDA Kaltim juga tengah mengembangkan program konservasi terpadu, di mana orangutan dapat hidup berdampingan dengan kegiatan pembangunan. Mereka menyadari bahwa orangutan sering berpindah tempat, sehingga konservasi tidak hanya fokus pada satu sektor saja, melainkan juga melibatkan sektor lain seperti pertambangan, perkebunan, dan masyarakat.
"Kami mengajak semua pihak terkait untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan populasi orangutan di Kalimantan Timur," ujar Ari.
3. Perlu peran masyarakat

Ia menambahkan, informasi dari masyarakat sangat penting dalam proses penyelamatan orangutan. Beberapa warga melaporkan keberadaan orangutan di perkebunan mereka, yang sering memakan buah dan tanaman, sehingga berpotensi memicu konflik.
"Jika situasi sudah mengarah pada konflik, kami melakukan evakuasi untuk menyelamatkan orangutan tersebut. Prioritas utama kami adalah keselamatan orangutan," tegas Ari.
Baru-baru ini, seekor orangutan jantan berusia 17 tahun yang berhasil diselamatkan telah dilepasliarkan ke Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat di Kecamatan Busang, Kutai Timur. Pelepasliaran ini difasilitasi oleh COP. Orangutan tersebut dalam kondisi sehat dan menunjukkan perilaku liar yang masih kuat, sehingga tidak memerlukan rehabilitasi lebih lanjut.
Ari menambahkan bahwa populasi orangutan di Kalimantan Timur umumnya tersebar di hutan-hutan yang membentang antara bagian utara Sungai Mahakam hingga ke selatan, menuju Berau.