Mengapa Trem Otonom Tiongkok Gagal dalam Uji Coba di IKN?

Balikpapan, IDN Times - Otorita Ibukota Nusantara (OIKN) memutuskan mengembalikan trem otonom terintegrasi atau Autonomous Rapid Transit (ART) ke perusahaan asal Tiongkok setelah dinilai gagal dalam uji coba oleh tim independen di Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Pemanfaatan trem ART di IKN masih memerlukan penyempurnaan sesuai rekomendasi tim independen,” ujar Direktur Pengembangan Ekosistem Digital OIKN, Tonny Agus Setiono, Jumat (15/11/2024).
Uji coba trem ART ini merupakan kerja sama antara Kementerian Perhubungan dan Norinco International Cooperation Ltd. Teknologi ART dari CRRC Qingdao Sifang diuji coba di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Nusantara dari 10 Agustus hingga 9 Oktober 2024. Tujuan awalnya adalah untuk menghadirkan transportasi darat modern, hemat biaya, dan ramah lingkungan.
1. Evaluasi dari tim independen

Tim independen, yang terdiri dari pakar transportasi dan teknologi otonom dari beberapa universitas dan institusi profesional, mengevaluasi trem ART selama 10 September hingga 22 Oktober 2024. Tim yang dipimpin oleh Sigit Pranowo dari Universitas Indonesia ini menilai aspek keselamatan dan kesesuaian teknologi dengan ekosistem IKN.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sistem otonom pada trem ART belum berfungsi secara optimal. “Kinerja trem ART tidak menunjukkan reliabilitas sistem kendali otonom seperti yang diharapkan,” jelas Tonny.
Selain itu, infrastruktur jalan di IKN yang menggunakan marka sebagai pemandu sistem otonom tidak cocok dengan teknologi berbasis magnet dari CRRC Qingdao Sifang.
2. Trem ART tidak sesuai dengan kondisi jalan di IKN

Tonny menjelaskan bahwa dalam rencana awal, Norinco seharusnya bekerja sama dengan CRRC Zuzhou Institute dan CRRC Zuzhou Locomotive, perusahaan yang lebih berpengalaman dalam teknologi otonom trem ART berbasis marka jalan. Perusahaan ini dianggap lebih memiliki pengalaman dalam penerapan teknologi trem ART di kota besar dunia.
Namun, Norinco membawa CRRC Qingdao Sifang, yang menggunakan teknologi berbeda, yakni sistem magnet sebagai pemandu kendali virtualnya. Sehingga trem di IKN akhirnya harus dikendalikan secara manual selama proses uji coba.
“Teknologi mereka sudah diterapkan di Malaysia dan Abu Dhabi dengan pengalaman lebih dari 10 tahun,” tambahnya.
3. Rencana lanjutan pemanfaatan ART di IKN

OIKN bersama Kementerian Perhubungan kini membahas ulang rencana pengadaan trem ART, termasuk rekomendasi dari para ahli untuk memastikan teknologi yang digunakan sesuai dengan kondisi jalan dan karakteristik masyarakat IKN.
Proses lelang pengadaan trem ART akan dilakukan secara terbuka dan perusahaan asing diwajibkan menggandeng mitra lokal. “Rekomendasi tim ahli akan menjadi acuan utama untuk memilih teknologi yang tepat bagi IKN,” tegas Tonny.
Dengan langkah ini, diharapkan sistem transportasi otonom di IKN dapat terealisasi sesuai visi sebagai kota modern yang ramah lingkungan.