Warga Balikpapan Diajak Lari dan Deteksi Dini Penyakit

Balikpapan, IDN Times – Gaya hidup sehat berbasis pencegahan semakin digalakkan berbagai pihak. Salah satunya melalui gelaran fun run yang berlangsung di Pantai Monpera, Balikpapan, Minggu (27/7/2025) pagi.
Acara lari santai sejauh 5 kilometer ini bukan sekadar aktivitas olahraga. Usai berlari, ratusan peserta mengikuti rangkaian kegiatan edukasi dan pemeriksaan kesehatan gratis, mulai dari tes gula darah, fungsi hati (GPT), hingga kolesterol total.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program roadshow “Prodia Healthy & Fun with Community” (PHFC) yang digelar di 10 kota besar, termasuk Balikpapan. Prodia menggandeng komunitas lari Indorunners Balikpapan untuk menggerakkan lebih banyak warga agar sadar pentingnya deteksi dini dan kesehatan preventif.
“Kami ingin menunjukkan bahwa pemeriksaan kesehatan bisa menjadi bagian dari gaya hidup aktif, bukan sesuatu yang menakutkan,” ujar Reskia Dwi Lestari, Marketing Communications Manager Prodia didampingi Muhammad Rizal, Regional Head Kalimatan Region di sela acara.
1. Kolaborasi dengan komunitas

Selain fun run dan pemeriksaan kesehatan, warga juga diajak mengikuti talkshow interaktif bersama dokter dengan topik-topik kesehatan terkini. Edukasi ini disampaikan secara ringan agar mudah dipahami peserta dari berbagai usia.
Rangkaian kegiatan ini juga diselingi permainan interaktif dan hiburan ringan. Tujuannya, menyampaikan pesan hidup sehat tanpa terkesan menggurui.
“Kolaborasi dengan komunitas seperti Indorunners Balikpapan adalah bentuk dukungan kami terhadap agen perubahan di masyarakat,” tambah Reskia.
Roadshow PHFC selanjutnya akan digelar di sejumlah kota lain seperti Solo, Bandung, dan Denpasar, dengan menggandeng komunitas lokal masing-masing. Prodia menyebut langkah ini sebagai bentuk keterlibatan aktif dalam memperluas akses layanan kesehatan yang relevan dan mudah dijangkau masyarakat.
2. Dokter ingatkan pentingnya cek kesehatan sebelum berlari

Olahraga lari menjadi salah satu aktivitas fisik yang populer karena mudah dilakukan dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Namun menurut dr. Samuel Kong, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan sebelum mulai berlari agar aktivitas ini memberikan manfaat optimal tanpa menimbulkan risiko kesehatan.
“Hal pertama yang harus dipastikan sebelum lari adalah kondisi tubuh dalam keadaan fit,” ujarnya. Ia mencontohkan, jika seseorang sedang mengalami gejala ringan seperti sakit tenggorokan, sebaiknya menunda olahraga lari. "Jangan sampai setelah lari justru ambruk," tambah dr. Samuel di sela acara.
Selain kondisi tubuh, tidur cukup juga sangat penting. Kurang tidur bisa membuat tubuh lemah dan tidak siap melakukan aktivitas berat. Di samping itu, konsumsi makanan bergizi juga tidak boleh diabaikan. Asupan yang seimbang akan memberikan energi yang dibutuhkan tubuh untuk berlari.
Persiapan lainnya yang tak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan kesehatan. Menurut dr. Samuel, beberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan jantung bisa menjadi pemicu masalah serius saat berolahraga jika tidak terdeteksi sejak awal.
"Kalau seseorang punya tekanan darah 160 mmHg dan dia lari, bisa naik sampai 240 mmHg. Itu berbahaya," jelasnya. Begitu pula dengan penderita diabetes atau gangguan jantung, yang bisa berisiko pingsan atau mengalami komplikasi jika tidak ada pengaturan khusus.
Namun demikian, orang dengan kondisi medis tertentu tetap bisa berlari, asalkan mendapatkan arahan medis yang tepat. Dokter dapat memberikan penyesuaian terkait durasi, intensitas, hingga kecepatan lari yang aman untuk kondisi masing-masing pasien.
3. Manfaat lari dan batasan berdasarkan usia

Dokter Samuel menjelaskan bahwa olahraga lari yang dilakukan secara rutin dan terukur memberikan manfaat besar bagi kesehatan jantung dan paru-paru. Selain itu, lari juga membantu menjaga kelincahan tubuh.
Namun, tidak semua orang cocok menjalani olahraga ini dengan intensitas tinggi. Usia dan kondisi fisik menjadi faktor penentu. “Kalau usia di bawah 35 tahun dan tubuh sehat, lari maraton atau sprint masih bisa dilakukan. Tapi kalau sudah di atas 50 tahun dan baru mulai berolahraga, tentu harus pelan-pelan,” katanya.
Menurutnya, pada usia 50 tahun ke atas, otot-otot mulai melemah dan fleksibilitas menurun. Maka dari itu, intensitas olahraga juga perlu disesuaikan. “Kalau sudah 60 tahun, sebaiknya bukan lari, tapi jalan cepat atau senam ringan,” sarannya.
Untuk menentukan olahraga yang aman, pemeriksaan dasar seperti tekanan darah, denyut jantung, dan kadar gula sangat penting. "Kalau seseorang punya diabetes, dia harus tahu kondisinya, jangan sampai kadar gula terlalu rendah atau tinggi sebelum lari," terang dr. Samuel.
Ia menambahkan, tak perlu pemeriksaan yang rumit untuk mengetahui olahraga yang cocok. Pertimbangannya cukup dua: usia dan kondisi tubuh. "Kalau obesitas, jangan langsung lari atau lompat. Lebih baik jalan cepat dulu," ujarnya.
Bagi anak-anak dan remaja, olahraga dengan unsur permainan seperti sepak bola atau lompat tali lebih disarankan karena sesuai dengan masa pertumbuhan mereka.
4. Olahraga lari kian digemari

Inez Fayyola, salah satu finisher berusia 11 tahun mengaku senang karena semakin banyak acara fun run yang digelar di Balikpapan. "Memang saya senang ikutan kegiatan seperti ini. Karena positif, orang tua juga mendukung," ucap dia.
Lutfi, pemuda 17 tahun asal Balikpapan mengaku sudah sebulan terakhir aktif berlari. Setelah rutin berlari, dia merasa tubuhnya lebih bugar, kualitas istirahatnya juga kini jadi lebih bagus.
"Saya memang sedang berusaha untuk memulai gaya hidup sehat. Selain olahraga, khususnya lari, saya juga sudah menghentikan kebiasaaan merokok. Hasilnya, kini saya merasa lebih bugar," kata dia.
Dia juga merasa fun run mesti semakin banyak, sehingga semakin banyak masyarakat Balikpapan yang termotivasi untuk hidup lebih sehat.