134 Siswa Keracunan, Dinkes Banjar Ungkap Air Dapur MBG Tercemar E. coli

- E.coli dan Nitrit Penyebab Keracunan Massal di Martapura, Kalsel
- Kandungan bakteri berbahaya pada makanan dan air melebihi ambang batas aman, menyebabkan mual, muntah, dan diare pada siswa.
- Sumber kontaminasi dari kualitas air sumur dan pengolahan makanan tidak higienis di SPPG Tungkaran.
Banjar, IDN Times – Hasil investigasi laboratorium Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) mengungkap penyebab dugaan keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebanyak 134 siswa dan guru di Martapura sempat dilarikan ke IGD rumah sakit pada Kamis (9/10/2025) lalu.
Dari hasil pemeriksaan, ditemukan cemaran bakteri berbahaya pada makanan dan air yang digunakan di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tungkaran, tempat pengolahan menu MBG tersebut.
1. Kandungan E.coli dan Nitrit pada menu MBG melebihi ambang batas

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Banjar, Noripansyah, mengatakan hasil uji mikrobiologi menunjukkan kadar bakteri pada sampel makanan dan air jauh melebihi ambang batas aman.
“Air yang kami periksa mengandung Escherichia coli (E. coli), sedangkan pada makanan ditemukan jumlah mikroba melebihi standar yang diperbolehkan,” ujar Ipan, sapaan akrabnya, Rabu (15/10/2025).
Ia menjelaskan, batas ideal E. coli dalam air seharusnya nol per 100 mililiter, namun hasil pemeriksaan menunjukkan angka 265, menandakan air tersebut sudah terkontaminasi berat.
“Kalau hasilnya mencapai 265, artinya air itu sudah tidak layak digunakan untuk mengolah makanan,” jelasnya.
2. Pertumbuhan bakteri di luar batas aman

Selain air, uji mikrobiologi juga menunjukkan pertumbuhan bakteri di luar batas aman pada menu MBG seperti nasi kuning, ayam suwir, orek tempe, oseng sayur, dan potongan melon.
“Batas aman di bawah 1,1, tapi nasi kuning menunjukkan 1,9 dan melon 1,6. Ini menandakan aktivitas kuman yang cukup tinggi,” terangnya.
Sebelumnya, Dinkes juga menemukan kandungan nitrit pada nasi kuning dan sayur. Meski kadar nitrit di nasi kuning hanya 0,1, kadar pada sayur mencapai 10, yang dikategorikan berbahaya bila dikonsumsi berlebihan.
“Kombinasi kontaminasi bakteri dan nitrit inilah yang diduga kuat menyebabkan gejala mual, muntah, dan diare pada para siswa,” kata Ipan.
3. Kontaminasi air di sumur SPPG Tungkaran

Dinkes menduga sumber kontaminasi berasal dari kualitas air sumur yang digunakan dapur SPPG Tungkaran. Air tersebut kemungkinan terpapar limbah atau berasal dari titik sumber yang dekat dengan resapan.
Selain kualitas air, faktor kebersihan pengolahan makanan dan penjamah makanan juga berperan besar.
“Kebersihan penjamah makanan sangat berpengaruh karena mereka bersentuhan langsung dengan makanan dan peralatannya,” tambahnya.
Untuk mencegah kasus serupa, Dinkes Banjar bersama seluruh puskesmas kini melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) di 16 dapur SPPG di wilayah Kabupaten Banjar. Total ada 507 indikator kesehatan lingkungan yang diperiksa satu per satu.
4. Evaluasi dan perbaikan terus dilakukan

Evaluasi dan perbaikan terus dilakukan, termasuk kewajiban setiap dapur memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebagai jaminan keamanan pangan.
“Kami akan mengadakan pelatihan bagi penjamah makanan di seluruh dapur penyedia MBG, termasuk SPPG Tungkaran. Pelatihan ini akan digelar Sabtu mendatang sebagai syarat penerbitan SLHS,” ungkap Noripansyah.
Ia menegaskan pentingnya pemeriksaan air secara rutin agar dapur tetap sehat dan bebas bakteri.
“Ke depan, sumber air harus diperiksa secara berkala, dilengkapi filter, dan diawasi terus-menerus,” tutupnya.