Sehari Terima 15 Berkas, Kasus Perceraian di Samarinda Meningkat

Tren terus meningkat sejak tiga tahun terakhir

http://onelink.to/s2mwkbSamarinda, IDN Times - Menikahlah dengan pasangan yang nantinya bisa membawa kebahagiaan, bukan sebaliknya. Namun siapa sangka, dalam perjalanan waktu bisa saja pernikahan berakhir tak bahagia. Cekcok biasa terjadi dalam bahtera rumah tangga, namun tentu tak seorangpun ingin sampai terucap kata berpisah alias cerai.

Sayangnya hal tersebut tak bisa dibendung. Angka perceraian sejak empat tahun terakhir terus menanjak di Samarinda. Retaknya pernikahan dalam rumah tangga itu paling banyak disebabkan pertengkaran kedua belah pihak kemudian persoalan ekonomi.

"Per hari rata-rata pengadilan agama menerima 10 hingga 15 orang pemohon pengajuan perkara perceraian,"  ujar Panitera Muda Pengadilan Agama Klas IA Samarinda, Muhammad Rizal, belum lama ini.

1. Perceraian naik perlahan sejak 2016

Sehari Terima 15 Berkas, Kasus Perceraian di Samarinda MeningkatIlustrasi perceraian (pxhere.com)

Menukil data Pengadilan Agama Samarinda, dari 2016 jumlah perceraian mencapai 1.609 kasus, setahun kemudian tepatnya 2017 naik menjadi 1.665 perkara. Pada 2018, jumlah itu meningkat tajam menjadi 1.841 kasus bila dibandingkan tahun lalu. Sementara pada 2019 pada periode Januari hingga November, sebanyak 1.767 pasangan telah resmi berpisah. Diperkirakan angka itu terus menanjak hingga tutup tahun. 

Namun bercerai tentu tak mudah. Kata Panitera Muda Pengadilan Agama Klas IA Samarinda, pasangan suami-istri yang hendak berpisah harus bisa  membuktikan bila keduanya tak bisa bersama lagi atau tak rukun. Contoh paling sering misalnya cekcok yang berujung kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Mereka harus membuktikan pertengkaran itu dengan dua orang," jelasnya.

Baca Juga: Marak Perceraian, 5 Pasangan Seleb Korea Ini Buktikan Tetap Harmonis

2. Pertengkaran terus-menerus alasan utama perceraian

Sehari Terima 15 Berkas, Kasus Perceraian di Samarinda MeningkatIlustrasi perceraian (iamexpat.nl)

Dari ribuan angka cerai, paling banyak meminta berpisah adalah perempuan, khusus perkara cerai 2019, ada 1.697 wanita yang mengajukan cerai, sementara pria hanya 511 orang saja.

Sebenarnya, kata Rizal, ada 13 faktor perceraian. Namun dirinya hanya akan menyebut tiga saja. Sebab, ketiganya merupakan alasan paling sering terucap. Pertama ialah perselisihan dan pertengkaran terus-menerus, jumlahnya 868 perceraian, yang kedua faktor ekonomi sebanyak 362 perceraian. 

"Terakhir, 348 perceraian adalah meninggalkan salah satu pihak," terangnya.

3. Umur 30 tahun mendominasi perceraian

Sehari Terima 15 Berkas, Kasus Perceraian di Samarinda MeningkatIlustrasi perceraian (coodes.co.uk)

Namun begitu, dari ribuan perkara cerai tak semuanya mendapat sepakat dari hakim. Ada pula kasus yang ditolak, dicabut, dan mediasi. Dari segi usia, paling mendominasi perceraian ialah umur 30-40 tahun. Sementara yang berpisah saat pernikahan seumur jagung tetap ada tapi tak banyak atau perceraian pasangan muda juga demikian.

 "Kami tidak mencantumkan usia dalam data laporan. Alasannya karena memang tidak ada format laporan yang dibuat khusus usia," pungkasnya.‎

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

 

Baca Juga: Teknologi Jadi Penyebab Meningkatnya Perceraian, Ini Fakta-faktanya

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya