Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemprov Kaltim Harap Dapat Keleluasan Kelola Migas dan Batu Bara

WhatsApp Image 2025-09-10 at 15.17.31 (1).jpeg
Gubernur Kaltim, Rudy Mas'ud. (IDN Times/Erik Alfian)

Balikpapan, IDN Times – Selama lebih dari setengah abad, Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi penyuplai utama energi bagi Indonesia. Namun, di balik peran vital itu, daerah penghasil justru belum menikmati hasil secara penuh. Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, menyoroti ketimpangan pengelolaan energi yang membuat daerah kaya sumber daya alam justru bergantung pada kebijakan pusat.

Ia menegaskan bahwa sudah saatnya Kaltim mendapat ruang lebih besar dalam mengelola minyak, gas, dan batu bara agar bisa berdaulat energi serta mempercepat transisi menuju sumber energi hijau.

1. Minta kewenangan lebih besar kelola migas dan batu bara

Fasilitas pemrosesan migas Senipah. (Dok. Pemprov Kaltim)
Fasilitas pemrosesan migas Senipah. (Dok. Pemprov Kaltim)

Rudy menambahkan, lebih dari 50 tahun Kaltim berkontribusi terhadap sektor energi untuk Indonesia.

"Bahkan jauh sebelum merdeka, bangsa Kutai sudah bekerja sama dngan Belanda memproduksi minyak bumi pada 1897,” ujar Rudy.

Kini, Kaltim memproduksi sekitar 53 ribu barel minyak dan 1,1 juta kaki kubik gas per hari, dan diproyeksikan meningkat pada 2028–2029.

“Ini anugerah Tuhan untuk bangsa, tapi kami ingin daerah penghasil diberi kewenangan lebih besar mengelola hasilnya,” tegasnya.

2. Industri turunan batu bara belum maksimal

Ilustrasi tambang batu bara (IDN Times/Aditya)
Ilustrasi tambang batu bara (IDN Times/Aditya)

Lebih dari 50 persen produksi batu bara nasional atau sekitar 437 juta ton per tahun berasal dari Kaltim. Namun, Rudy menilai daerah belum mendapat porsi adil untuk mengembangkan nilai tambahnya.

“Batu bara ini kami persembahkan untuk Indonesia tercinta. Tapi kami juga berharap pemerintah memberi ruang lebih luas bagi daerah untuk mengembangkan industri turunannya,” katanya.

Ia menambahkan, keterbatasan infrastruktur membuat potensi energi di daerah belum bisa mendorong ekonomi lokal secara maksimal.

3. Kaltim siap dorong optimalisasi biodiesel

Ilustrasi Biodiesel (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Biodiesel (IDN Times/Arief Rahmat)

Rudy juga menyoroti pentingnya transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT). Kaltim disebut siap memanfaatkan produksi 4,8–5,2 juta ton crude palm oil (CPO) per tahun untuk mendorong industri biodiesel

“Kalau kelapa sawit sampai di-banned dunia, justru jadi berkah bagi kita. Dari situ kita bisa hasilkan biodiesel sendiri,” ujar Rudy yang juga Ketua Golkar Kaltim ini.

Namun, ia mengingatkan bahwa cadangan energi nasional masih minim, hanya cukup untuk 18–22 hari. “Itu artinya ketahanan energi nasional kita masih nol,” ungkapnya.

Rudy menegaskan, masa depan energi Indonesia tak boleh terus bergantung pada sumber daya tak terbarukan. “Bangsa yang besar bukan dari tambangnya, tapi dari ladang pangannya. Energi sejati kita ada di situ — di pangan, di sawit, di sumber daya terbarukan yang bisa kita kendalikan sendiri,” tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us

Latest News Kalimantan Timur

See More

Pemprov Kaltim Siapkan Sektor Baru Pengganti Tambang Batu Bara

16 Okt 2025, 17:37 WIBNews